Revolusi industri 4.0 sudah ada di depan mata. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Roadmap Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dalam mencapai target menjadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2030.
Airlangga Hartarto, Menteri Perindustria RI dan inisiator Indonesia 4.0 mengatakan, jumlah penduduk yang banyak, ditunjang dengan perkembangan insfrastuktur dan sumber daya manusia bisa menjadi modal penting untuk melaksanakn revolusi industri 4.0. Empowering human talent menjadi kunci kemajuan Indonesia.
Indonesia memerlukan sekitar 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital pada tahun 2030. Setelah pembangunan infrastruktur kita akan melanjutkan pada pengembangan sumber daya manusia. Kita perlu menguasai bahasa-bahasa teknologi baru,” urai Airlangga pada saat Investor Gathering di Jakarta, Kamis (27/9/2018).
Airlangga menambahkan, saat ini pemerintah terus berusaha untuk mensosialisasikan kepada berbagai sektor industri agar produk-produk yang dihasilkan bisa bersaing di era industri 4.0. Beberapa kegiatan pemerintah dalam mendukung Making Indonesia 4.0 diantaranya dengan mendukung usaha mikro kecil dan menengah, dengan membuat platform e-commerce dan program 3-smart IKM agar dapat menembus pasar ekspor melalui platform digital.
Tidak hanya itu, pemerintah juga tengah menyusun regulasi mengenai Audit Teknologi Industri (ATI), untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan aset teknologi yang dimanfaatkan industri di Indonesia. Sejauh ini, Ada beberapa sektor industri yang memiliki potensi yang sangat cerah dengan menerapkan industri 4.0, yaitu food&beverages, chemical, textile, otomotif dan elektronik.
Di kegiatan yang sama, Ketua Badan Anggaran DPR, Azis Syamsuddin mengungkapkan peluang revolusi industry 4.0 yang sangat besar jika mampu beradaptasi dan bertransformasi secara relevan. Menurutnya produktivitas akan meningkat, berkurangnya idle capacity, dan peluang pasar Indonesia yang luar biasa.
Ia mencontohkan, Indonesia sudah punya 4 unicorn, berarti ini cocok dan bisa berkembang cepat di Indonesia. Tantangan tentu saja kesiapan infrastuktur penunjang seperti fisik, kelembagaan, regulasi dan kesiapan human capital kita.
Revolusi industri 4.0 tidak hanya mengubah industri, namun juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya hidup. Oleh karenanya, selain mempertahankan eksistensi usha, pelaku bisnis juga dihimbau agar memberikan dukungan pelatihan agar anak bangsa akan terus berkembangan mengikuti perkembangn dunia digital.
Kaum millenial mempunyai peranan sangat penting dalam industri 4.0. Perlu adanya pembekalan pendidikan formal, non-formal dan informal yang relevan, seperti Ahli Artificial Intelligence, Data scientist atau Start Up Valuator misalnya. Karena mereka yang paling siap dan nantinya akan menghadapi tantangan lebih berat di masa depan.
“Tugas kita mempersiapkan mereka sebaik-baiknya,” ujar Azis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: