Film Venom resmi mengudara di bioskop-bioskop Tanah Air sejak Rabu (3/10/2018). Salah satu film produksi Sony Pictures Entertainment tersebut dapat menjadi salah satu alternatif hiburan di akhir pekan ini.
Tim Warta Ekonomi berkesempatan menyaksikan film Venom pada hari kedua pemutarannya, Kamis (4/10/2018) di Plaza Senayan, Jakarta. Lantas, bagaimanakah ulasan film dengan tokoh utama anti-hero tersebut?
Alur Singkat
Secara keseluruhan, film Venom mengisahkan tentang laki-laki bernama Eddie Brock (Tom Hardy), yang harus kehilangan pekerjaannya sebagai seorang jurnalis karena mencoba membongkar keburukan sebuah yayasan bernama Life Foundation. Dari situ, Eddie hidup tak karuan, sebab semua yang ia miliki lenyap begitu saja. Namun, siapa sangka karena hal tersebut, tubuh Eddie malah disinggahi makhluk yang dinamakan simbiot. Sejak itulah, keputusaan dalam menjalani hidup perlahan mulai berganti dengan tantangan-tantangan.
Di akhir film, ada dua bagian post-credit yang ditayangkan. Untuk itu, jangan langsung beranjak dari kursi saat cerita berakhir. Bagian post-credit akan menampilkan dua cerita dari film yang berbeda. Bagian pertama, kemungkinan adalah bocoran spin-off dari film Venom sendiri. Sementara bagian kedua menampilkan cuplikan film Spiderman: Into The Spider-Verse.
Sinematografi
Kualitas gambar yang ditampilkan Sony Pictures Entertainment dalam film Venom tergolong tinggi. Teknik pengambilan gambarnya pun baik. Namun, ada beberapa scene yang terasa tak hidup. Contohnya, bagian saat simbiot bernama Riot (satu spesies dengan Venom) berpindah-pindah, mulai dari Hongkong hingga San Fransisco, tempat calon inangnya berada. Scene tersebut seakan menunjukkan jika proses editing film Venom tak sempurna.
Akting Pemain dan Karakterisasi
Tom Hardy memerankan Eddie dengan sangat baik. Penggambaran perasaan putus asa ketika Eddie kehilangan pekerjaan, apartemen, dan kekasihnya membuat penulis merasa iba. Selain itu, aktingnya sebagai Eddie yang dikuasai Venom luar biasa. Ia bertingkah seperti kerasukan, apapun ia makan karena Venom mengendalikannya.
Namun, karakterisasi dalam film Venom tergolong lemah. Buktinya, sosok simbiot Venom yang awalnya kejam dan terdengar menyeramkan, berubah menjadi konyol dan lucu. Hanya karena hinggap dalam tubuh Eddie, sifatnya langsung berubah. Tak ada penjelasan secara detail mengenai perubahan tersebut.
Segi Hiburan
Bagian awal sampai kira-kira setengah jam kemudian, film hanya berisi pengantar terhadap inti cerita. Tidak ada scene yang menegangkan atau membuat dapat takjub. Namun, setelah kemunculan simbiot bernama Venom, film mulai terasa menegangkan sekaligus menyenangkan.
Interaksi antara Eddie dan simbiot yang hidup dalam tubuhnya bisa mengobati kebosanan di awal film. Mereka adalah duo konyol, tetapi sangat keren. Dialog-dialog yang terjadi antara kedua tokoh itu sukses membuat seisi ruangan bioskop tertawa. Sayangnya, adegan saat keduanya berinteraksi baru terjadi di pertengahan sampai akhir film.
Secara keseluruhan, film Venom mendapat poin 7 dari 10. Meskipun ada sisi yang masih belum sempurna, film ini layak untuk ditonton sebagai hiburan untuk melepas rasa penat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: