Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

RISE, Meningkatkan Kapabilitas Usaha Penyandang Disabilitas

RISE, Meningkatkan Kapabilitas Usaha Penyandang Disabilitas Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Hari Pamuji seorang difabel dengan keterbatasan fisik lumpuh kaki akibat folio. Dalam kesehariannya pria 64 tahun ini bekerja sebagai tukang pijat. Sebagai kegiatan sampingan dia juga membuat sandal berbahan enceng gondok. 

Tidak sulit menghubungi pria yang kini tinggal di Rusunawa Kerkop, Jebres, Solo, Jawa Tengah ini. Penulis yang bertugas di Jakarta menyempatkan diri untuk mengunjunginya awal Oktober lalu. Berbekal nomor telefon yang terhubung ke messenger, penulis dapat menghubungi Hari dengan mudah. 

Siang itu hari Minggu pukul 11.00 WIB penulis tiba Rusun yang berlokasi tak jauh dari Stasiun Jebres. Rupanya Hari telah menanti kedatangan penulis, wajahnya sumringah seperti sudah sangat akrab dengan awak media. 

"Monggo mas," ujar Hari sambil bergegas turun dari ranjangnya dan naik ke kursi roda. 

Untuk mempersingkat waktu, setelah ngobrol sebentar, Hari kemudian menunjukkan cara membuat sendal dari enceng gondok. Tangannya begitu cekatan, cengkeramannya kuat merajut beberapa helai enceng gondok kering menjadi bentuk tali penjepit sandal. Rupanya enceng gondok hanya digunakan untuk bagian penjepit. 

Bagian alas dibuat dari bahan karet setebal sekitar 1 cm yang dilapisi dengan tikar pandan, karung goni untuk penutup tepian sandal, dan daun pandan dipilin untuk bingkai. Semua bahan tadi disatukan dengan lem aibon dan diikat oleh benang nilon. 

"Saya bikin sandal kalau lagi senggang nggak ada orang pijat, kalau satu hari full bisa dapat dua pasang sandal," ungkap Hari. 

Untuk menjualnya, menurut Hari sudah ada teman sesama difabel yang menampung, jadi dia fokus ke pembuatan. Sandal bisa dipakai oleh siapa saja, dan sangat cocok untuk penderita stroke, karena sangat ringan dipakai. 1 pasang sandal dihargai Rp25 ribu hingga Rp35 ribu. Dari harga itu dia bisa mengambil keuntungan 50 persen. 

Berkat keahliannya membuat sandal dari enceng gondok, Hari menjadi salah satu peserta program Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE) dari Maybank Foundation dan Maybank Indonesia. Melalui program tersebut peserta mendapat pelatihan managemen keuangan dan strategi pemasaran. 

Salah satunya latihan pemasaran melalui media daring atau secara online. Berbekal ilmu pemasaran ini Hari mulai menjual produk Sandal Enceng Gondoknya secara online. Hasilnya luar biasa, pesanan berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. 

"saya sampai kuwalahan, akhirnya penjualan online sementara saya hentikan," ujar Hari. 

Hari mengaku saat ini tidak sanggup membuat sandal dalam jumlah banyak. Sebab pekerjaan semua masih serba manual dan dikerjakan sendiri. Kalau saja ada alat cetak dan punya tenaga pembantu, dia yakin sanggup melayani pesanan lebih banyak. 

Hari Pamuji barulah satu dari ratusan difabel peserta program RISE. Menurut Hari dari program RISE yang digelar di Rehabilitasi Center (RC) awal tahun 2018 lalu, diikuti oleh 101 orang. Mereka para difabel yang dikumpulkan oleh Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC), berasal dari Solo, Sukoharjo, Sragen dan sekitarnya, dan hingga dari Kudus dan Purwodadi. 

Para difabel itu masing-masing memiliki ketrampilan yang beragam, mulai dari menjahit, tukang cukur, reparasi jam, pijat, fotografer dan lainnya. Dari Rusun Kerkop sendiri, ada 3 orang difabel yang mengikuti program tersebut, dengan keahlian menjahit dan membuat korset. Meskipun dengan keahlian yang berbeda peserta juga mendapatkan latihan pemasaran yang sesuai dengan produknya. 

Sementara itu, Esti Nugraheni, Head Corporate Communication and Branding melalui rilis yang diterima Warta Ekonomi menjelaskan RISE merupakan program pembinaan kewirausahaan dan keuangan kepada para disabilitas. Selama pelatihan para peserta tidak hanya dibekali pengetahuan pengelolaan keuangan, strategi pemasaran, tapi juga bagaimana merubah pola pikir dalam mengelola usaha. 

Dengan pelatihan tersebut, program RISE bertujuan membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha para penyandang disabilitas sehingga dapat memberikan dampak positif bagi komunitas di sekitarnya. Dengan peningkatan kapabilitas usaha, para penyandang disabilitas bukan hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, tapi juga mempekerjakan orang lain. 

Pada awalnya program RISE dilaksanakan di Malaysia sejak tahun 2014, hingga tahun 2015 telah berlangsung 6 periode dengan diikuti 1.300 peserta. Di Indonesia proyek percontohan program RISE diberikan kepada 211 penyandang disabilitas di Jakarta dan Yogyakarta pada tahun 2016. Selanjutnya serangkaian program pelatihan dilaksanakan sepanjang 2017 dengan peserta 94 di Bali, 119 di Tangerang, 110 di Bogor. Dilanjutkan pada tahun 2018 kepada 55 disabilitas di Yogyakarta, 99 di Malang, 

“Dari pelaksanakan pilot project hingga pelaksanaan program yang ditargetkan selesai pada 2019, diproyeksikan menjangkau 2.200 penerima manfaat di Indonesia,” beber Esti. 

Melihat keberhasilan Hari penulis yakin melalui pengetahuan baru yang mereka dimiliki, para difabel akan dengan mudah mengembangkan usahanya. Seperti keinginan Pak Hari yang ingin memperbesar usahanya, sehingga dapat membantu para difabel lain untuk memasarkan produknya. Dengan usahanya yang jika besar akan memberikan peluang pagi masyarakat atau para difabel lain. 

Hari Pamuji, juga mengatakan kepada penulis, berkat keahliannya dia pernah diminta oleh Dinas Soial Kota Surakarta untuk memberikan training kepada 20 orang tentang cara membuat sandal dari enceng gondok. Penulis yakin, di luar kelemahannya para difabel memiliki kemampuan yang dapat dioptimalkan. Semoga dengan program RISE dari Maybank ini bukan hanya meningkatkan ekonomi para difabel, tapi juga berhasil melahirkan wirausahawan baru terutama dari kalangan difabel.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: