Fakta Finansial Pensiunan di Indonesia
Oleh: Ila Abdulrahman, Financial Advisor
Perencanaan pensiun adalah proses penentuan pendapatan saat pensiun dan hal-hal yang harus dilakukan baik keputusan maupun tindakan untuk mencapainya. Termasuk mengidentifikasi sumber pendapatan, memperkirakan biaya (pengeluaran) saat pensiun, menerapkan strategi dan investasi yang harus dilakukan, serta mengelola aset yang dimiliki. Angka dan data yang digunakan adalah kondisi riil kita saat ini.
Pensiun adalah berhenti bekerja dan menikmati hidup dengan dana yang dibentuk saat masih produktif. Namun faktanya, jarang yang benar-benar pensiun, namun berganti pekerjaan. Alasan di baliknya berbagai macam, mulai dari untuk mencukupi kebutuhan pensiun, menghindari post power syndrome, killing time, maupun ingin bermanfaat alias eksistensi, karena pensiun tidak hanya berhubungan dengan keuangan namun juga faktor lainnya, aspek kehidupan lainnya, baik sosial, jasmani maupun rohani.
Alasan pertama berganti pekerjaan alias bekerja kembali biasanya karena tidak memiliki dana pensiun atau dana pensiun yang dibentuk tidak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Hal lain yang menjadi penyebab hal tersebut adalah pensiun sudah tiba, namun anak masih menempuh pendidikan. Mau tidak mau akhirnya mereka kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Berikut berbagai kondisi pensiun yang penulis dapati
1. Makmur Sejahtera
Gaya hidup saat pensiun lebih baik dari saat produktif, anggaran atau porsi-porsi pos keuangan sosial, investasi, biaya hidup meningkat dibanding saat usia produktif, pos utang sudah tidak ada. Mereka eksis ngafe, travelling, dll, bahkan masih memberi anak-anak jatah bulanan. Dampak negatif bagi anak adalah timbulnya kids parent, orang dewasa namun masih bersikap kanak-kanak dan mengandalkan keuangan dari orang tua.
2. Berkecukupan
Kondisi keuangan pascapensiun, cukup untuk membiayai kebutuhan hidup pribadi dengan gaya hidup sama dengan saat produktif.
3. Mengandalkan Anak
Gaya hidup saat pensiun turun dibandingkan dengan saat produktif. Kondisi ini terjadi karena tidak menyiapkan dana pensiun dan hanya mengandalkan gaji pensiunan sehingga mengandalkan kiriman dari anak-anak. Anggaran untuk orang tua memerlukan porsi hampir 30% gaji dari pendapatan anak. Tidak menjadi masalah bagi anak yang mapan secara finansial, namun bagi generasi sandwich yang berada pada taraf belum mapan maka menjadi dilema antara kebutuhan keluarga dengan kebutuhan orang tua.
"Duh sedih aku, saat ibu telepon bilang uangnya tinggal beberapa saja, belum untuk hidup, bayar-bayar, dan uang kuliah adikku, padahal uang pensiun baru cair lagi bulan depan. Bingung aku, kalo disambati seperti ini, antara kebutuhan sendiri dan ingin bantu ortu," ujar beberapa orang. Ada yang mengalami juga?
Nah, kita tentu ingin pensiun seperti orang tua dari klien pertama di atas. Bagaimana caranya? Simak dalam artikel berikutnya. Semoga bermanfaat, empowering your financial!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: