Implementasi teknologi internet of things (IoT) di Indonesia masih menjumpai banyak tantangan. Perlu ada terobosan agar teknologi dan industri IoT bisa berkembang dengan baik.
Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mochamad Hadiyana, mengatakan aspek security (keamanan) menjadi salah satu tantangan adopsi IoT di Indonesia. Ia menjelaskan muncul kekhawatiran di publik tentang potensi peningkatan pelacakan data sensitif dan pribadi yang dikumpulkan melalui perangkat IoT.
Pada tahun 2017 lalu Aruba yang merupakan anak perusahaan Hewlett Packard melaporkan hasil survei bahwa 88% dari 1.150 responden di wilayah Asia Pasifik telah mengalami masalah pembobolan keamanan terkait IoT. Aruba juga mencatat sekitar 49% perusahaan layanan kesehatan telah menderita masalah malware pada perangkat IoT mereka.
"Seringkali pengumpulan data individu ini dilakukan tanpa sepengetahuan pengguna," kata Hadiyana di Bali, beberapa waktu lalu.
Senada, Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhono Harso Supangkat, mengatakan sistem keamanan IoT di Indonesia masih sangat rendah sehingga menjadi kelemahan pengembangan industri tersebut. Ia menegaskan aspek keamanan memiliki peran sangat penting di industri IoT.
"Sistem keamanan dalam pengembangannya membutuhkan ketentuan-ketentuan," kata Suhono.
Hal lain yang juga menjadi tantangan bagi akselerasi industri IoT di Indonesia adalah ekosistem yang belum terbangun dengan baik, misalnya dari sisi perangkat keras. Saat ini Indonesia mengalami krisis produsen lokal yang mampu memproduksi perangkat keras atau komponen IoT. Alhasil, para pengembang harus mendatangkan perangkat keras dari luar negeri sehingga meningkatkan biaya produksi.
Suhono mengatakan persoalan-persoalan tersebut yang perlu diselesaikan oleh semua pemangku kepentingan guna mendorong industri IoT di Tanah Air.
Mendorong Industri IoT
Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, memastikan pemerintah mendukung penuh perkembangan industri IoT di Indonesia. Salah satu bentuk dukungan tersebut yakni dengan menggelar Hackathon Republic of Internet of Things (RIoT). Pegelaran tersebut pertama kali diadakan pada tahun 2017 lalu. Pada tahun 2018 ini RIoT mengusung tema Makers Make Nation.
"Sejak tahun lalu kita sudah mendorong implementasi IoT di Indonesia," ujarnya di Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Semuel mengatakan potensi industri IoT untuk berkembang sangat besar. Ia mencontohkan komunitas pengembang IoT sudah banyak tersebar di berbagai wilayah mulai dari Aceh, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Barat. RIoT sendiri digelar untuk menciptakan makerspace serta mendorong inovasi komunitas IoT. Dengan demikian, para pelaku di industri IoT didorong untuk tidak hanya menciptakan produk prototyping namun yang sudah siap dipasarkan secara massal.
Selain dari sisi pengembang, potensi dan peluang lain juga terdapat dari sisi pemanfaatan teknologi ini. Apabila digarap dengan serius maka solusi IoT akan mendukung transformasi digital, monitoring data, hingga analisis data. Semuel mengatakan pemanfaatan teknologi ini juga yang diharapkan mampu menghasilkan solusi-solusi inovatif.
"Kalau kita buat peluang besar bagi anak-anak muda untuk berkarya maka akan tercipta solusi melalui IoT bagi permasalahan di negara ini," jelasnya.
Salah satu wujud inovatif dalam ajang RIoT adalah kreasi sepeda kayu listrik produksi Kayuh Wooden Bike yang bekerja sama dengan DycodeX. Sepeda kayu listrik yang merupakan kombinasi antara makers analog dan digital ini mengusung konsep bikesharing. Masyarakat atau pengguna bisa menggunakan fitur sewa melalui aplikasi Kayuh. Rencananya, layanan penyewaan sepeda kayu ini akan dilakukan di Bogor dalam waktu dekat.
"Saya mengusulkan layanan ini juga tersedia di Jakarta. Jadi, masyarakat tinggal mengunduh aplikasi Kayuh dan langsung bisa keliling Monas menggunakan sepeda ini. Kita memang harus mendukung kreasi anak bangsa," sebutnya.
Guru Besar ITB, Suhono Harso Supangkat, mengatakan IoT memiliki potensi besar di Indonesia. Ia memperkirakan IoT dapat memiliki kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 6,25% hingga tahun 2025 mendatang.
"Dalam roadmap kami targetkan ada pertumbuhan industri IoT domestik dari hulu ke hilir dengan target menguasai 50% dari pasar IoT lokal pada tahun 2022. Selain itu, peningkatan penggunaan IoT oleh pemerintah, UMKM, dan industri sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia," ungkapnya.
Meningkatkan Kualitas SDM
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, mengatakan pemerintah terus berupaya memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kualitas SDM untuk menyesuaikan dengan dinamika dan perkembangan IoT. Ia mengatakan pemerintah membutuhkan keterlibatan dan kerja sama dari seluruh stakeholders baik dari dunia usaha (private sectors), akademisi, dan masyarakat (civil society).
"Tantangan yang dihadapi beberapa tahun ke depan berkaitan dengan perkembangan era IoT sangat banyak dan beragam sehingga dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dan keahlian baru secara berkelanjutan," sebutnya.
Rudiantara menjelaskan Indonesia memiliki banyak SDM dengan kualitas keahlian menyerap teknologi digital yang mampu berdaya saing dengan negara asing. "Kita harus ciptakan banyak talenta yang berkualitas baik," ujarnya.
Peningkatan kualitas SDM tidak hanya dari sisi pelaku IoT saja, namun juga peningkatan di bidang keamanan siber.
Plt. Direktur Pengendalian Aplikasi Informatika Ditjen Aptika Kemenkominfo, Riki Arif Gunawan, mengatakan peningkatan kualitas SDM di bidang keamanan siber menjadi isu prioritas era digital dan menjadi salah satu agenda utama pemerintah. Apalagi, saat ini terdapat gap yang cukup besar antara kebutuhan dan kesiapan SDM cybersecurity baik untuk lembaga pemerintahan maupun sektor swasta dan industri.
"Di era digital saat ini, kebutuhan SDM cybersecurity dengan keterampilan dan kapabilitas yang baik sangat diperlukan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo