Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebelum Dirikan Lion Air, Ia Sempat Jadi Calo Tiket di Bandara

Sebelum Dirikan Lion Air, Ia Sempat Jadi Calo Tiket di Bandara Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa yang enggak tahu maskapai penerbangan Indonesia yang bertarif menengah ke bawah? Yap, betul sekali, Lion Air. Maskapai yang memiliki jargon, “We Make People Fly” didirikan oleh Rusdi Kirana.

Rusdi Kirana lahir di Cirebon 17 Agustus 1963. Semasa kuliahnya, untuk memenuhi keperluan sehari-hari dan uang jajannya, Rusdi menyambi sebagai calo tiket di Bandara Soekarno-Hatta. Oleh karena itu, ia mengetahui tentang dunia penerbangan. Selain itu, ia juga sempat meniti kariernya sebagai penjual mesin ketik Amerika, Brother.

Awal mulanya, Rusdi dan Sang Kakak, Kusnan Kirana membuka biro perjalanan bernama Lion Tours di tahun 1986. Mereka berdua sama-sama berzodiak Leo, dari sanalah nama Lion lahir. Setelah sekitar 13 tahun Rusdi menjalankan biro perjalanannya, dengan dana yang telah disiapkan, ia mendaftarkan maskapainya pada tahun 1999.

Kemudian mereka mendirikan maskapai penerbangan dengan modal satu pesawat jet pada Juni tahun 2000. Kirana bersaudara dari awal memiliki impian untuk mendirikan maskapai penerbangan dari 0 hingga sukses. Mereka juga menginginkan dapat memberi kesempatan kepada setiap lapisan masyarakat Indonesia agar dapat terbang dan naik pesawat dengan harga terjangkau.

Pada saat orde baru, sudah ada beberapa maskapai penerbangan selain Garuda Indonesia Airlines (saat ini bernama Garuda Indonesia). Saat itu sudah ada Merpati Airlines milik pemerintah, Bouraw, Mandala, dan Sempati air milik perusahaan penerbangan swasta.

Penerbangan di Indonesia saat itu bersifat elitis, hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak yang dapat menjangkauanya. Enggak heran, karena untuk perjalanan Jakarta-Medan saat itu bisa mencapai Rp1.100.000, dan Jakarta-Manado mencapai Rp2.100.000.

Setelah Soeharto turun dari kursi kepresidenan, bisnis Rusdi dan Kusnan menyongsong era baru.

Resmi beroperasi di tahun 2000, Lion Air melayani penerbangan rute Jakarta-Pontianak dengan armada dua unit pesawat tipe Boeing 737-200. Dan semakin tahun, keberhasilannya semakin terlihat. Di tahun 2004, Lion Air telah mengoperasikan 23 pesawat dengan 130 kali penerbangan tiap harinya, baik di Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Dengan lahirnya Lion Air, impian masyarakat untuk naik pesawat dengan harga murah dapat terwujud. Penerbangan Jakarta-Medan bisa diperoleh mulai harga Rp300.000 dan Jakarta-Manado mulai Rp400.000.

Pada 2011, Lion Air membeli banyak pesawat dari Amerika yang sedang dilanda krisis ekonomi, hal ini dianggap bahwa Lion Air semakin berhasil. Hingga saat ini, Lion Air memiliki kurang lebih 112 pesawat yang terbagi dalam beberapa tipe, seperti Boeing 747-400, Boeing 737-800, Boeing 737-900 ER, dan Airbus A330-300.

Kirana bersaudara pun mengembangkan unit usaha mereka di bawah bendera Lion Air Group. Mereka menciptakan merek-merek lain dalam bisnis penerbangan: Wings Air, Batik Air, Lion Bizjet, Malindo Air (Malaysia), dan Thai Lion Air (Thailand).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: