Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewati Berbagai Rintangan, Bisnis Fesyen Busana Big Size Ini Berhasil Raih Kocek Triliunan

Lewati Berbagai Rintangan, Bisnis Fesyen Busana Big Size Ini Berhasil Raih Kocek Triliunan Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saat ini, perusahaan e-commerce gaya dan fesyen plus merek Dia&Co telah mengumpulkan $95 juta, dan berhasil memiliki basis 4 juta pelanggan di 50 negara bagian dan memilik staf yang terdiri dari 750 karyawan di empat kantor di New York, LA, dengan Co-foundernya Lydia Gilbert dan didirikan tahun 2014. Dia mendirikan tanpa pengalam ritel sebelumnya.

Gilbert mendirikan bisnis bersama dengan  kawannya Nadia Bourjarwah. Boujarwah mengatakan bahwa mereka awalnya berniat mendirikan bisnis fesyen ukuran jumbo karena melihat 67 persen wanita di AS mengenakan ukuran 14 dan pengecer tidak menyediakan itu. Akhirnya dengan bermodalkan keberanian, mereka mendirikan bisnis fesyen Dia&Co.

"Kekuatan yang cukup kuat bagi saya untuk mengatasi rasa takut dan risiko [meninggalkan] pekerjaan membayar penuh waktu untuk memulai usaha saya sendiri dan berusaha membangun bisnis ... saya harus mengikuti naluri saya dan menciptakan sesuatu yang membantu wanita yang memiliki potur tubuh seperti saya,” ucap Boujarwah.

Tetapi bahkan jika dia dan Gilbert tahu mereka memiliki konsep yang akan beresonansi dan MBA dari Harvard Business School tempat mereka bertemu pertama kalinya, Boujarwah mengatakan bahwa penggalangan dana adalah salah satu rintangan paling sulit yang harus mereka hadapi di masa-masa awal bisnis. Boujarwah ingat mengalami kesulitan mendapatkan dukungan dari investor tradisional yang tidak melihat potensi bisnis mereka.

“Setiap investor yang kami ajak bicara, mereka mengatakan ‘tidak’ dan membutuhkan waktu satu tahun untuk ke sana kemari mencari investor yang berkenan berkata, ‘ya’. Tapi kami tetap focus untuk membuktikan kepada dunia, kalua wanita dengan size besar memiliki keinginan yang sama untuk berpartisipasi dalam mode seperti rekan-rekan kami yang berurukan badan lebih kecil,” jelasnya, berdasarkan lansiran dari Entrepreneur.com (28/12/2018).

Modal awal yang mereka dapat kumpulkan bukan berasal dari investor tradisional, tetapi dari teman dan keluarga. Tetapi begitu mereka memiliki bukti konsep yang jelas, dan mendapatkan daya tarik lebih dengan investor, itu masih belum tentu jelas.

“Mayoritas investor yang kami temui adalah laki-laki, dan seringkali sulit bagi mereka untuk mengonseptualisasikan kebutuhan akan sesuatu seperti merek kita ini, karena mereka benar-benar tidak memiliki titik referensi, bahkan, banyak yang mengatakan kepada kami bahwa mereka akan meminta tolong istrinya tentang itu,” kenang Boujarwah.

Boujarwah mengatakan pengalaman ini mengajari dia pentingnya berpegang teguh pada tujuan perusahaan untuk memperjuangkan komunitas ini dan menemukan mitra yang percaya pada mereka dan akan membantu mereka meningkatkan kecepatan, tanpa mengorbankan prinsip budaya inti seperti kepercayaan dan empati.

"Fakta bahwa kami melayani pelanggan yang kurang terlayani adalah salah satu kendala [untuk mendapatkan dana] dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dinegosiasikan," kata Boujarwah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: