Pelantikan Presiden Brasil Jair Bolsonaro memberi kekhawatiran terhadap kelompok lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer (LGBTQ) serta kaum feminis di negara sepakbola ini. Maklum, presiden yang sekarang berdiri di jalur konservatif, menganut nilai-nilai kekeluargaan sesuai dengan ajaran Kristen yang anti-homoseksual. Walaupun, dia juga dianggap mendukung kebijakan ekonomi pro pasar.
Tak heran kalau kaum LGBTQ cepat-cepat meresmikan pernikahannya. Sebab sejak 2013 pernikahan untuk kaum sejenis dihalalkan di Brasil. Kabarnya, pada November tahun lalu terjadi kenaikan 66 persen pernikahan sesama jenis di sana.
Soal kebijakan terhadap perempuan terlihat dari minimnya menteri perempuan di kabinet Bolsonaro. Dari 22 menteri yang ditunjuk, hanya ada dua menteri perempuan.
Yang juga menjadi kehawatiran adalah militerisme. Maklum, ada tujuh pensiunan militer yang dimasukkan ke dalam kabinet Bolsonaro. Masyarakat Brasil masih trauma dengan era diktator militer yang terjadi antara tahun 1964 sampai 1985.
Bolsonaro juga dianggap kurang pengalaman sebagai eksekutif. Pengalamannya yang lama adalah 26 tahun dalam bekerja di Kongres Nasional Brasil. Pelantikan pria berusia 63 tahun ini juga kurang dihadiri pemimpin asing. Di mata para pengamat hal ini mencerminkan kurang sukanya terhadap figur konservatif ini.
Apapun itu, kini rakyat Brasil harus bersiap-siap menerima kenyataan ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo