Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Sukses Shindo Sumidomo di Balik 'Siantar Top Rasanya Pasti Top'

Kisah Sukses Shindo Sumidomo di Balik 'Siantar Top Rasanya Pasti Top' Siantar Top. | Kredit Foto: Instagram/siantartop
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guna menjadi penyemangat Anda merintis bisnis, Redaksi Warta Ekonomi kali ini ingin membagikan cerita mengenai Shindo Sumidomo yang tak lain merupakan pendiri dari Siantar Top.

Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan jargon, “Siantar Top Rasanya Pasti Top” bukan? Yap, Siantar Top merupakan brand yang melekat pada produk makanan ringan, di mana Siantar Top menjadi salah satu perusahaan yang menaungi banyak merek.

Tahukah Anda, nama Siantar Top itu berasal dari nama Kota kelahiran sang pendiri lho! Ia lahir di Pematang Siantar tahun 1953. Untuk lebih jelasnya mengenai perjalanan hidupnya, yuk simak ulasan berikut:

Anak Rantau

Shindo Sumidomo, nama yang masuk ke dalam deretan nama orang terkaya di Indonesia itu lahir dengan nama Heng Hok Soei. Sehari-hari pria kelahiran Pematang Siantar tersebut akrab disapa Asui.

Sumidomo bukanlah anak yang lahir dari keluarga kaya raya. Namun, pengetahuannya mengenai dunia makanan sudah diturunkan dari keluarganya. Pasalnya, keluarga Sumidomo memiliki usaha makanan, dan ketika beranjak dewasa, Sumidomo pun memiliki ketertarikan untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai kuliner.

Berdasarkan kutipan dari Moneysmart (7/1/2019), Tahun 1972, Shindo Sumidomo merantau ke Pulau Jawa. Tepatnya di Surabaya, Jawa Timur, di sana ia mendirikan usaha makanan ringan. Namun, saat itu usahanya masih berbasis rumahan.

Dalam menjalankan binisnya kali itu, ia selalu menjadikan pepatah Tiongkok “Rakyat utamakan makan, makan utamakan rasa” sebagai landasan. Ia terus-menerus menuangkan inovasi baru dan tidak kenal menyerah, enggak heran apabila usaha yang dirintisnya itu mampu berkembang pesat.

Siantar Top mulai berkembang dan memiliki pabrik sendiri

Usaha rumahan yang dikembangkan oleh Shindo Sumidomo pun berkembang pesat. Di tahun 1987 pun akhirnya ia berhasil mendirikan PT Siantar Top Industri.

Eits, jangan salah sangka dulu, meskipun namanya menggunakan kata “Siantar”, perusahaan tersebut berdiri di Jawa Timut lho. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nama tersebut memang terinsipirasi dari Kota lahir sang pendiri, di Sumatera Utara.

Selanjutnya, kemajuan Siantar Top lainnya, yakni ia mampu mempunyai pabrik sendiri seluas 25 ribu meter di Tambak Sawah, Sidoarjo. Produk-produk yang diluncurkan oleh Siantar Top, antara lain snack, snack mi, biskuit dan wafer, serta permen.

Beberapa mereknya itu, di antaranya Snack 2000, Mi Gemez Enaak, Twistko, dan GO! Potato. Enggak asing kan di telinga dan lidah kalian?

Selang beberapa tahun dari pendirian pabrik tersebut, Siantar Top pun berhasil masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) dan namanya menjadi PT Siantar Top Tbk. Shindo Sumidomo pun mengekspansi pabriknya ke beberapa kota lain, mulai dari Bekasi, Makassar, dan tentu aja daerah asalnya, Medan.

Keberhasilan Siantar Top enggak Cuma sampai di situ, sebab pasalnya Siantar Top berhasil meraih beberapa penghargaan karena memiliki standar internasional berupa sertifikasi ISO. Wah, keren ya!

Mendirikan lini bisnis lainnya

Katanya, salah satu rahasia seseorang menjadi orang kaya terletak pada ragam lini bisnis yang dia coba. Seperti halnya Shindo Sumidomo, meski ia telah meraih kesuksesan pada bisnis makanan ringan, ia tertarik mendirikan lini bisnis lainnya.

Sumidomo mendirikan induk perusahaan yang diberi nama Siantar Top Group. Induk perusahaan tersebut menaungi perusahaan lainnya selain Siantar Top.

Beberapa sektor yang dikerjakan oleh Sumidomo, antara lain perusahaan distribusi Semestanustra Distrindo. Kemudian, ada pula sektor properti di bawah naungan anak perusahaan Siantar Tiara Estate. Sumidomo juga mendirikan usaha pertelevisian bernama STTV dengan rumah produksi Siantar Production.

Nilai yang dipetik

Kemandiriannya menjadi anak rantau sudah enggak diragukan lagi. Ia berhasil masuk jajaran 150-an orang terkaya di Indonesia. Melalui Siantar Top Group, Sumidomo diprediksi memiliki total kekayaan mencapai US$190 juta atau setara Rp2,7 triliun.

Kabarnya, produk Siantar Top yang jadi salah satu pelopor makanan ringan di Indonesia kini tengah berekspansi ke negeri Tiongkok pula.

Dari kisah sukses Shindo Sumidomo tersebut, Anda bisa mendapatkan beberapa nilai mengenai karier dan bisnis yang bisa Anda contoh, di antaranya:

1. Berani merantau

Bisa dibilang bahwa kesuksesan awal Sumidomo membangun Siantar Top adalah saat dia berani untuk merantau. Dari kota yang cukup kecil di Sumatera Utara, Sumidomo berani pindah ke Pulau Jawa.

2. Berbisnis sesuai passion dan kemampuan

Yang pasti, Sumidomo mengikuti passion-nya sehingga dia lebih mudah memulai bisnis tersebut. Latar belakang keluarganya yang memang sudah terbiasa membuat makanan itu, membuat Sumidomo enggak asing lagi dengan bisnis yang bakal ia geluti. Ia juga memilih mengembangkan kemampuannya yang sudah terbekali dari masa kecilnya.

Nah, Anda pun bisa demikian. Enggak salah kok buat meneruskan keahlian yang sudah dimiliki oleh keluarga, apalagi kalau Anda memang memiliki passion di sana.

3. Inovasi dan diversifikasi produk

Ide brilian dan inovasi adalah salah satu fondasi paling berhasil untuk mengembangkan sebuah perusahaan. Nah, Shindo Sumidomo jeli melihat peluang satu ini. Apalagi saat itu, bisnis makanan ringan memang belum terlalu banyak.

Selanjutnya, Sumidomo pun melakukan diversifikasi produk. Bahkan, dari Siantar Top, Sumidomo berhasil mendirikan perusahaan lain yang bergerak di sektor yang jauh dari produksi makanan ringan.

Wah, patut diacungi jempol deh pendiri Siantar Top ini. Shindo Sumidomo enggak cuma berhasil jadi orang terkenal lewat kekayaannya di Indonesia, tetapi juga sukses menduniakan kota kelahirannya, Pematang Siantar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: