Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Seberapa Besar Kesadaran Keamanan Pengguna Transportasi Online?

Seberapa Besar Kesadaran Keamanan Pengguna Transportasi Online? Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Keselamatan menjadi hal paling penting dalam penggunaan transportasi, termasuk transportasi online yang belakangan ini kian marak dipakai masyarakat. Upaya melindungi diri saat memakai jasa transportasi online perlu diperkuat agar kasus-kasus negatif yang merugikan penumpang dan pengemudi tidak terulang lagi. Lalu, sejauh manakah tingkat kesadaran perlindungan diri para pengguna transportasi online saat ini?

Berdasarkan hasil riset Jakpat, lebih dari 50% responden sudah melakukan upaya perlindungan diri saat memakai jasa transportasi online. Secara lebih detail, sebanyak 68,7% responden mengaku berusaha tak memesan jasa ride-hailing di malam hari sebagai bentuk preventif atas risiko kejahatan.

Di luar upaya itu, pengguna melakukan hal-hal berikut sebagai bentuk perlindungan diri: berdoa (56,8%); membagikan informasi pengemudi lewat aplikasi perpesanan kepada teman atau keluarga (41,4%); menggunakan layanan ride-sharing (23,5%); serta mendaftarkan nomor telepon berbeda di aplikasi (18,6%).

Yang Diperhatikan Pengguna

Sebanyak 76,6% pengguna transportasi online cenderung memperhatikan nomor polisi pengemudi ketika memesan layanan ride-hailing, terutama pengguna perempuan. Hal ini berbeda dengan laki-laki yang lebih tertarik untuk mengingat nama pengemudi. Lebih lanjut, responden juga memerhatikan hal-hal ini: nama driver (61,1%); tipe motor pengemudi (54,2%); foto profil pengemudi (52,1%); gender pengemudi (30,3%).

Oleh karena itu, ketidakcocokan informasi pengemudi dapat menjadi salah satu pemicu yang dapat mendorong rasa ketidakpercayaan pengguna. Berdasarkan riset JakPat, sebanyak 78,2% responden terbukti mengalami hal tersebut ketika memesan layanan transportasi online.

Respons yang mereka berikan beragam, mulai dari mengonfirmasi ke pengemudi sebelum melanjutkan pesanan (75%); melanjutkan pesanan (11,2%); mengonfirmasi untuk membatalkan pesanan (8,7%); hingga langsung membatalkan pesanan (4,3%).

Baca Juga: Watch My Ride: Self-Security in Online Ride Hailing – Survey Report

Sebanyak 44,2% responden yang melanjutkan pesanan menganggap, bila penjelasan pengemudi masuk akal maka pesanan akan tetap dilanjutkan. Sementara, alasan lainnya: tidak ada hal mencurigakan (30,1%); perilaku pengemudi baik (16,8%); dan sedang terburu-buru (8,7%).

Sebaliknya, responden yang membatalkan pesanan saat tahu ada informasi yang tidak sesuai mengklaim hal itu sebagai bentuk perlindungan diri. Adapun, alasan detail mereka, yaitu tidak mau mengambil risiko (50,8%); perilaku pengemudi yang tidak menyenangkan (24,1%); penjelasan pengemudi masuk akal (13,4%); dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan (11,2%).

Layanan Apa yang Lebih Disukai Pengguna?

JakPat memuat dua hasil mengenai layanan mana yang lebih disukai pengguna transportasi online. Layanan mobil lebih sering dipesan perempuan daripada laki-laki dan laki-laki pun cenderung lebih sering memesan layanan motor. Dari situ, dapat diketahui, perempuan lebih mementingkan faktor kenyamanan saat memesan transportasi online daripada laki-laki.

Namun, secara keseluruhan, sebanyak 50,3% responden memiih layanan mobil dan motor untuk digunakan sehari-hari. Sementara, responden lainnya memilih layanan motor (37,2%) dan mobil (12,5%).

Dalam laporannya, JakPat menyebutkan terdapat 3.005 responden yang terdiri atas 49,1% responden laki-laki dan 50,9% perempuan dengan rentang umur 16 hingga 35 ke atas. Survei tersebut dilakukan pada 24 Oktober 2018.

Para responden tersebar di seluruh Indonesia, yakni Pulau Jawa (82,4%); Pulau Sumatera (11,2%); Pulau Sulawesi (2,9%); Pulau Kalimantan (2,5%); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (0,9%); serta Pulau Maluku dan Papua (0,1%).

Riset ini bertujuan untuk mencari tahu tingkat kesadaran pengguna dalam menjaga keamanan diri mereka saat memakai jasa transportasi online. Kemudian, periset juga ingin melihat dampak dari kasus negatif yang belakangan menimpa layanan tersebut. Harapannya, data ini dapat digunakan oleh pemangku kepentingan, seperti regulator dan penyedia layanan untuk mengampanyekan upaya menjaga keselamatan diri saat memakai jasa transportasi online. Dengan begitu, keamanan pengguna dan pengemudi pun dapat meningkat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: