2018 merekam pencapaian yang cukup signifikan bagi dunia pasar modal Indonesia. Tercatat pada akhir tahun lalu, jumlah investor saham telah mencapai 222 ribu investor, di mana total keseluruhan berkisar 851 ribu investor saham.
Membuka awal 2019, gairah investasi kalangan milenial atau investor muda bisa dibilang cukup tinggi dilihat dari data demografi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyebutkan, generasi muda di rentang usia 18-25 tahun memegang pertumbuhan tertinggi dalam dua tahun terakhir atau naik dua kali lipat dibanding akhir 2016.
Para investor muda ini tentu perlu strategi untuk memaksimalkan portofolionya. Berbagai kemudahan untuk membeli beragam instrumen investasi juga menjadi faktor aktivitas transaksi investor. CEO Jagartha Advisors FX Iwan menyatakan, seorang investor perlu memperhatikan beberapa hal, seperti pergerakan nilai tukar rupiah, saham, obligasi, dan reksa dana yang cukup fluktuatif.
"Saya rasa ini adalah waktu yang tepat bagi para investor muda untuk melatih kepekaan pada isu-isu domestik dan eksternal karena dari sini kita bisa melihat faktor penggerak naik turunnya nilai investasi. Misalnya saja dilihat dari kondisi global, peningkatan suku masih bisa berlanjut, sehingga obligasi jangka panjang perlu dihindari."
"Idealnya, jika memperhatikan kinerja tahun lalu, tahun ini investor bisa membagi porsi portofolionya di saham, obligasi, dan peer to peer lending. Untuk porsi masing-masing, yakni 60% di reksa dana saham atau saham langsung, 30% di obligasi ritel, 10% pada instrumen P2P lending," kata Iwan di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Namun, lanjut Iwan, sebaiknya investor juga selalu mengetahui profil risiko dan tujuan investasi karena ini akan berdampak pada pembagian porsi portofolionya. Salah satu instrumen yang bisa jadi pilihan adalah instrumen jangka menengah seperti obligasi ritel.
"SBR 005 kini tengah ditawarkan dengan nilai minimum pesanan yang cukup terjangkau. Investor milenial bisa menjadikan opsi ini sebagai pilihan yang strategis bagi profil risiko menengah ke bawah karena nilai kupon yang mengambang dengan kupon minimal," tambah Iwan.
Instrumen investasi di reksa dana saham atau saham langsung cocok bagi profil risiko agresif. Menurut Iwan, pasar saham di 2019 punya potensi naik di atas rata-rata dibandingkan dengan instrumen lain, seperti deposito atau obligasi jangka pendek dan panjang.
Selain itu, ada lagi instrumen investasi yang mungkin bisa dieksplorasi oleh investor pemula, yakni masuk ke portofolio P2P lending. Hanya saja, Iwan mengingatkan agar investor jeli melihat risiko yang relatif lebih besar di bisnis P2P ini.
"Kuncinya bukan semata pada instrumen apa yang dipilih, tetapi proporsi untuk membangun investasi. Saat ini tidak ada patokan khusus dan pasti akan porsi yang ideal karena semua orang punya tujuan investasi yang berbeda-beda. Perencanaan yang baik bisa dipastikan akan membantu investor merealisasikan tujuan-tujuan tersebut," tutup Iwan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti