Saat ini, layanan pembayaran digital seperti Go-Pay dan OVO agresif menjalin kemitraan dengan para pelaku UMKM. Dengan begitu, penetrasi pembayaran digital semakin bertambah, pada 2018 lalu angka pertumbuhannya mencapai 24% menurut Bank Indonesia. Hal tersebut dapat mendorong inklusi finansial di Indonesia yang masih berada di bawah 50%.
Meskipun begitu, Ketua Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) menilai, saat ini Indonesia masih harus bekerja keras untuk mengintegrasikan semua UMKM dengan ekosistem digital. Ekosistem yang dimaksud juga harus bersifat pasti dan mampu mempertahankan keberadaannya.
"Sekarang mulai menuju ke sana, terlihat dari e-commerce dan pembayaran digital yang terintegrasi dengan UMKM. Mereka bekerja sama dengan warung-warung dan usaha-usaha kecil agar menjadi agen mereka," ujar Kus kepada Warta Ekonomi, Kamis (24/1/2019).
Menurut Kus, manfaat yang akan dirasakan UMKM yang terintegrasi dengan ekosistem digital, segala aktivitas mereka akan terekam. Traffic penjualan, transaksi yang terjadi, laba, dan sebagainya dapat tercatat dengan rapi dalam informasi yang utuh.
"Ketika UMKM itu sudah tergabung dalam ekosistem digital, buat masyarakat jadi lebih mudah. Informasi dalam rekam jejak bisa dijual, investor tertarik karena mendapatkan data yang sudah terkonsolidasi di platform digital itu," Kus menambahkan.
Bila sudah mendapat pembiayaan, maka para UMKM itu bisa melakukan ekspansi usaha secara berkala. Tak hanya itu pembiayaan juga akan meningkat seiring bertumbuhnya bisnis.
"Investor itu kan selalu ingin ada underwriting lebih dahulu, lihat track record-nya. Kalau tertarik, bisa dapat funding," pungkasnya.
Penetrasi digital di Indonesia juga masih memiliki potensi besar. Hal itu dilihat dari luasnya negara ini, sekaligus masih rendahnya inklusi finansial di Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh