Pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie, mengatakan media massa bukan merupakan musuh dari calon presiden, melainkan mitra dalam mempublikasi gagasan dari para calon tersebut.
"Ketika anda mulai menyerang media, di sanalah keruntuhan demokrasi. Ketika dia menyepelekan media, maka sama saja menyepelekan demokrasi," kata Jerry dalam diskusi Kaukus Muda Indonesia (KMI) bertajuk "Siapa yang Memanipulasi Demokrasi?" di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Ia menyebutkan tak bisa dipungkiri bahwa media adalah bagian penting dalam demokrasi. Bahkan, media merupakan salah satu pilar demokrasi. Begitu pun dalam ajang pemilu seperti sekarang ini.
"Di ajang pilpres, media menjadi salah satu faktor penting, bahkan menang dan kalah itu bisa ditentukan oleh media," ujarnya.
Jerrymencontohkan peran media atas menangnya Presiden Prancis dari Partai La R publique En Marchel yakni, Emmanuel Macron atas Marine Le Pen salah satu capres terkuat Prancis yang antiimigran itu.
Begitu pula, saat Angela Merkel dari Partai Kristen Demokratik Jerman menang dalam Pemilu di Jerman semboyannya kala itu "Wir Schafen Das" serta Presiden Amerika Donald Trump, dengan semboyan "Make America Great Again".
Namun, dalam perjalanannya, kata dia, terkadang media menjadi sasaran empuk untuk diserang. Dia mencontohkan saat salah satu calon presiden menuduh media tidak berimbang, bahkan sudah berpihak ke calon tertentu.
"Terkadang media menjadi sasaran empuk, dalam hal ini media dilecehkan. Padahal media berdiri pada posisi 'ABC', 'accuracy' (keakuratan), 'balance' (seimbang) dan 'credible' (dipercaya)," tutur Jerry.
Oleh karena itu, dia mengingatkan kepada seluruh pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menjadikan ajang kontestasi pilpres kali ini sebagai ajang adu gagasan, adu program dan adu ide, bukan adu domba.
"Jangan menyalahkan media, biarlah media jadi 'partner news' dalam pemberitaan. Jangan sampai terjadi pembredelan seperti di zaman di era orde baru, di mana ada 17 media yang dibredel," ucapnya.
Dalam pemerintahan Jokowi ini, pers masih merdeka. Namun, kalau Prabowo yang menjadi presiden, maka diduga kebebasan untuk berekspresi melalui media bisa terancam.
"Buktinya saat Reuni 212, capres 02 ini sempat melecehkan media. Saya nilai Prabowo kurang bersahabat dengan pers, saya kurang tahu apa alasannya," kata Jerry yang juga mantan pimred di sejumlah media nasional ini.
Pertarungan pilpres ini adalah salah satu ajang di mana para kontestan ini, tambah dia, harusnya tidak hanya lakukan adu domba, tapi adu persepsi, adu gagasan dan adu ide.
"Kalau hanya adu domba, maka negara kita ini akan hancur, negara ini kacau balau," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: