Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yenny Wahid Pastikan Mayoritas Umat Islam Indonesia Moderat

Yenny Wahid Pastikan Mayoritas Umat Islam Indonesia Moderat Kredit Foto: Panpel Muslimat ke-73
Warta Ekonomi, Bandung -

Ketua Panitia Hari Lahir Muslimat ke-73 Yenny Wahid memastikan bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia toleran, cinta damai dan moderat yang tak menolerir sikap ekstrem. 

Melalui peringatan Harlah ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama yang dihadiri seratus ribu lebih ibu-ibu Muslimat dari seluruh Indonesia, Yenny Wahid mengungkapkan sudah saatnya NU dan Muslimat bangkit membela bangsa. Muslimat dan NU menjadikan Harlah ke-73 momentum untuk membuktikan bahwa mayoritas umat Islam di Indonesia merupakan umat yang toleran dan moderat.

"Jadi sebenarnya Harlah Muslimat kali ini merupakan upaya menunjukkan kepada masyarakat agar jangan ragu tentang identitas umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya mayoritas umat Islam di Indonesia itu umat yang toleran, cinta damai dan moderat,” kata Yenny Wahid dalam keterangan persnya, Rabu (30/1/2019).

Seperti diketahui, peringatan Harlah Muslimat NU di GBK pada Minggu (27/1/2019) dihadiri oleh Presiden Jokowi dan isteri, Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siradj, Ketua Umum PP Muslimat Khofifah Indar Parawansa, serta para sesepuh NU dan beberapa menteri Kabinet Kerja. 

Yenny tak menampik jika ada yang menyebut peringatan Harlah Muslimat yang mendatangkan ratusan ribu anggota Muslimat ke Jakarta sebagai manuver politis.  

"Politisnya bukan politis praktis. Kita lebih pada tataran kebangsaan. Kita ingin menguatkan Aswaja (ahli sunnah wal jamaah) karena bisa menjawab tantangan-tantangan yang dihadapai komunitas Islam di Indonesia dan bahkan di dunia. Sebab di dalam Aswaja terkandung nilai-nilai tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (seimbang) dan i’tidal (adil)," jelasnya.

Pemilik nama asli Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid itu menyebutkan Jakarta memang sengaja dipilih menjadi tempat penyelenggaran Harlah karena merupakan barometer nasional. Muslimat NU, imbuh dia, melihat ada suasana tegang di tengah masyarakat menjelang Pilpres 2019. 

"Kita mengajak ibu-ibu Muslimat untuk meredakan ketegangan tersebut dengan cara memanjatkan doa bagi keselamatan bangsa," ujarnya.

Baca Juga: Khofifah dan Putri Gus Dur Minta Izin Mau Pakai GBK, Anies Kasih Izin?

Baca Juga: Pesan Istri Gus Dur Soal Pemilu 2019

Putri kedua mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid ini menambahkan, NU sebagai salah satu ormas Islam terbesar di negeri ini, selama ini lebih memilih diam di saat bertebaran hoax, ujaran kebencian, dan bahkan fitnah. 

"Sekarang tidak boleh lagi diam. Kami juga ingin bersuara. Sebab kami yang jumlahnya banyak memiliki ideologi yang jelas, sikap kami juga jelas dalam hal membela negara. Demikian juga kecintaan kami kepada tanah air sangat jelas, terartikulasikan dengan melihat militansi ibu-ibu Muslimat yang datang ke GBK," tegasnya.

Meski NU selama ini memilih diam, ia meyakini bahwa keberadaan NU tetap menjadi faktor sehingga Indonesia tetap aman. Para kiai dan ulama NU terus berikhtiar agar masyarakat tetap tenang dan tak mudah termakan hoax atau ujaran kebencian.

"Nah sekarang sudah saatnya NU dan termasuk Muslimat bangkit membela bangsa dan melakukan perlawanan. Saya bilang, The Silent Majority needs to declare itself as The Noisy Majority. Kelompok mayoritas yang diam sekarang harus menjadi mayoritas yang bersuara. Itu sikap keluarga besar NU melihat kondisi kebangsaan hari ini," pungkasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: