Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menolak hasil survei LSI Denny JA soal elektabilitas yang masih diungguli Joko Widodo-Ma'ruf Amin atas Prabowo-Sandi.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding, mengatakan kubu Prabowo hanya menerima hasil survei yang memenangkan pasangan nomor urut 02 tersebut.
"Jadi kalau ditolak oleh BPN pastilah karena yang mereka terima hanya survei yang memenangkan Prabowo-Sandiaga saja, walau lembaga surveinya banyak bermasalah," ujarnya di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Karding menambahkan, berdasarkan pada penguasaan materi, kemudian jawaban yang mengena dari pertanyaan saat debat perdana 17 Januari 2019 lalu, pasangan nomor urut 01 memang mendapat kekuatan. Sebab visi-misi disampaikan dengan jelas.
"Pertanyaan yang disampaikan ke paslon lain juga bagus, visi-misi yang jelas, dan kalimat penutup yang jelas, itu saya kira yang menjadi kekuatan Pak Jokowi ketika debat kemarin," katanya.
Ia menjelaskan, Prabowo-Sandiaga kalah jauh dibanding pasangan petahana. Karena itu, Jokowi-Ma'ruf mendapat nilai jauh lebih besar saat debat perdana Pilpres 2019.
"Dibandingkan dengan Pak Prabowo yang visi-misinya muter-muter gitu. Banyak dari jawabannya yang isinya jargon-jargon tidak nyambung dengan pertanyaan panelis. Data yang disampaikan sangat lemah," terangnya.
"Di samping itu, banyak prinsip-prinsip konten yang disampaikan Pak Prabowo berbahaya karena dari sisi pemikiran, sikap politik berbahaya," lanjutnya.
Karding mencontohkan pernyataan Prabowo dalam debat yang dinilainya berbahaya. Ada dua hal yang disoroti, yakni soal konsep chief law enforcement officer dan ketika Prabowo membela caleg Gerindra yang disebut 'korupsi tak seberapa'.
"Presiden disebut sebagai pusat pengendali hukum, itu berbahaya. Lalu soal 'korupsi kecil-kecil nggak apa-apalah', secara konten itu sangat berbahaya bagi pembangunan dan demokrasi serta hukum kita. Ini menurut saya yang memenangkan Pak Jokowi," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim