Para investor dan pengembang saat ini melirik sektor kehidupan, yakni kelompok hunian real estate baru yang sedang naik daun, untuk menanamkan modal mereka. Sektor ini meliputi hunian di mana orang akan melewati tahapan kehidupannya: hunian pelajar, hunian bersama (co-living), hunian multifamily, hunian untuk lansia dan panti jompo.
Laporan terbaru JLL mengungkapkan proses urbanisasi dengan cepat merubah cara dan tempat tinggal manusia. Tetapi, penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagi (shared-economy) menjadikan sektor kehidupan sebagai alternatif hunian. Permintaan yang datang secara konsisten ini menarik perhatian para investor.
"Kami melihat adanya peningkatan minat investor di sektor kehidupan di seluruh kota-kota Asia Pasifik. Hal ini terjadi karena semakin intensifnya permintaan akan alternatif pilihan hunian yang terjangkau," kata Rohit Hemnani, COO and Head of Alternatives, Capital Markets, JLL Asia Pacific melalui siaran pers yang diterima di Jakarta.
"Para investor yang sedang mencari hasil investasi yang lebih tinggi, keragaman portfolio serta investasi jangka panjang sebaiknya menempatkan 'taruhan' mereka pada sektor-sektor ini sekarang," kata dia menyarankan.
Menurut laporan JLL, para investor bisa menghasilkan keuntungan lebih konsisten di sektor kehidupan ini karena sifat keleluasaan dari kelas aset ini.
Salah satu peluang yang bisa mulai dilirik di Indonesia adalah hunian bersama (co-living). Hunian ini terbilang masih sangat baru di Tanah Air. Sama seperti jenis aset lain, hunian jenis ini berkembang cukup pesat di Hong Kong dan Singapura.
Begitu pula dengan tempat kerja bersama (co-working) dan gudang logistik modern, yang pertumbuhannya di Indonesia relatif baru dimulai. Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat menjadi penyokong terjadinya pertumbuhan akan permintaan bentuk hunian seperti co-living maupun co-working.
James Taylor, Head of Research, JLL Indonesia berkata, "Kos-kosan, kamar sewaan dengan berbagai harga dan kualitas, yang memiliki fasilitas bersama adalah suatu konsep yang sudah terbentuk dengan baik di Indonesia, jadi hunian bersama (co-living) bukan sesuatu hal yang baru karena memang sudah dikenal baik oleh orang Indonesia."
Taylor menjelaskan, proyek-proyek transportasi massal yang akan datang juga menjanjikan peluang bagi para pemilik hunian bersama. MRT akan mulai beroperasi pada Maret, disusul oleh LRT di tahun yang sama.
Para investor, lanjutnya, semakin berminat pada konsep hunian terintegrasi transportasi massal atau Transit Oriented Developments (TODs), sementara beberapa di antara mereka terus menjajaki kemungkinan untuk mengoperasikan hunian bersama di titik-titik strategis untuk transportasi massal ini.
"Terutama LRT mungkin akan dapat menyediakan akses yang nyaman ke lokasi-lokasi yang terletak di Jabodetabek yang dulunya tidak pernah dilirik karena kemacetan lalu lintas yang parah serta waktu tempuh yang panjang dari dan ke wilayah-wilayah pusat kegiatan di pusat kota," tutur Taylor.
"Berkurangnya waktu perjalanan kemungkinan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memilih lokasi-lokasi ini sebagai hunian dan berharap para investor akan merespons hal ini dengan penawaran berbagai macam hunian," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: