Bupati Emil Elestianto Dardak mengakui melakukan politik balas jasa kepada sejumlah pejabat birokrasi yang berada di lingkaran "ring satu" selama kepemimpinannya di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.
"Terus terang ginilah. Ini buka-bukaan ya. Banyak yang mengabdi di 'ring satu' saya. Dan di mana pun, mereka kinerjanya sangat baik. Maka sudah suatu keharusan, secara etika, bahwa yang kinerjanya baik maka saya berikan tempat yang baik juga sebelum saya purna (tugas). Itu sudah pasti," kata Bupati Emil di Trenggalek, Minggu. (10/02/2019).
Pernyataan itu disampaikan Emil usai menggelar pelantikan pejabat tinggi pratama Sekda Trenggalek, serta mutasi terbatas sejumlah pejabat eselon II, III dan IV di pendopo Kabupaten Trenggalek, Sabtu malam.
Padahal, Emil saat ini sudah berada di penghujung purna tugas. Ia sebentar lagi, tepatnya pada 13 Februari, akan dilantik sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur mendampingi Gubernur Jatim terpilih, Khofifah Indar Parawansa.
Emil mengakui kesempatan terbatas itu sengaja ia optimalkan. Apalagi ia merasa ada tugas dan tanggung jawab yang harus dia selesaikan, termasuk yang berkaitan dengan politik balas jasa untuk orang-orangnya yang berada di "ring satu".
"Tapi (itu) tidak banyak. Hanya hitungan jari," ujarnya.
Selain terhadap anak buahnya yang dianggap loyal dan berkinerja baik, Emil juga melakukan mutasi jabatan dengan mempertimbangkan masukan masyarakat, mempertimbangkan masukan kolega sehingga menjadi formasi yang sangat penting dalam pemerintahan di Kabupaten Trenggalek.
"Kalau saya pergi tidak melakukan itu, dibilang meninggalkan tugas di tengah jalan. Maka ya saya pilih benar yang kami lakukan mutasi tadi," katanya.
Namun, Emil menegaskan mutasi jabatan yang dia lakukan masih sangat terbatas. Baru kisaran 10-20%. Masih banyak pos jabatan baik di eselon II, III dan IV yang kosong dan harus segera diisi agar kinerja pembangunan berjalan efektif di Kabupaten Trenggalek.
"Ya sisanya masih banyak sekali. Dan itu kami serahkan kepada penerus kami (Wabup Trenggalek Mochammad Nur Arifin), termasuk untuk memIlih orang-orang di 'ring satu' beliau," kata Emil.
Sebelumnya Emil berulang kali menegaskan bahwa pemilihan dan penetapan jabatan sekda, merupakan hasil interaksi selama kepemimpinannya di Trenggalek.
Emil mengaku tidak memutuskan sendiri, melainkan telah didiskusikan dengan Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin.
"Seleksi (jabatan sekda) dilakukan terbuka dan kompetitif, dengan melibatkan tim dari perguruan tinggi juga. Semua memperhatikan kompetensi dan rekam jejak di pemerintahan," ujarnya.
Ia membantah penetapan Joko Irianto sebagai pejabat sekda yang baru dilatarbelakangi nepotisme, mengingat Joko yang merupakan anak kandung dari mantan Bupati Soetran (Bupati Trenggalek periode 1968-1975) masih memiliki hubungan pertalian darah dengan Emil.
"Familinya melihatnya yang gimana itu. Pertama, ini melalui proses seleksi, hasilnya juga terbuka tapi di sisi lain, di bilang famili ya semua di Trenggalek bisa dibilang famili karena ini tempat (wilayah) kecil. Beliau ini kan putranya Pak Soetran, mantan Bupati (Trenggalek), jadi ya mungkin nitis dari bapaknya, bakat (kapasitas) itu," jawab Emil.
Kendati dalam pelantikan itu tidak dihadiri oleh Wakil Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin, Emil menegaskan setiap proses seleksi dan penetapan pejabat tinggi pratama Sekda Trenggalek terus dikonsultasikan dan didiskusikan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih