Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Lho Alasan Industri Kreatif Sulit Berkembang di Indonesia

Ini Lho Alasan Industri Kreatif Sulit Berkembang di Indonesia Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir kinerja industri kreatif di Indonesia terbilang moncer. Tak tanggung-tanggung, sumbangannnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional telah mencapai Rp1.105 triliun pada tahun 2018 lalu. Di tahun ini, nilai tersebut diyakini bakal terus melesat hingga mencapai Rp1.200 triliun pada akhir tahun mendatang.

Tak hanya dari segi nominal, dalam hal ketenagakerjaan juga kini mulai muncul profesi-profesi baru yang lahir dari bisnis kreatif. Sebut saja youtuber, content creator, barista, data scientist, gamer hingga pilot drone.

“Intinya bagaimana kita menyelaraskan apa yang menjadi passion kita dengan surround yang ada di sekelilingnya. Bicara industri kreatif itu tak lepas dari soal penciptaan karya seni. Untuk saya sendiri passion saya di visual, seperti foto dan video. Nah tantangannya adalah bagaimana kita tidak hanya berkutat di seninya itu saja, melainkan hal-hal lain yang bisa memungkinkan karya seni itu ada,” ujar Julianus Ladung, seorang pilot drone komersial yang kini mendirikan usaha berlabel Ideam Aeternam.

Baca Juga: Nge-Drone 5 Hari Dibayar Rp150 juta, Mau?

Ditemui di sebuah café di Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, Julianus mengkritisi pandangan sempit sebagian pegiat seni yang menganggap bahwa memikirkan dan mengatur sisi komersialitas dari sebuah karya seni sama dengan menggadaikan idealisme. Diketahui, sisi idealisme merupakan salah satu faktor penting yang mendasari seorang pelaku seni dapat menciptakan karyanya.

“Prinsip saya dalam berkesenian adalah ‘berkesenianlah secara realistis’. Itu bukan berarti tidak idealis, tapi lebih pada membumikan kesenian itu sendiri. Misal saya seorang fotografer, ya tantangannya adalah bagaimana agar karya saya bisa diapresiasi dan diterima di industri. Itulah industri kreatif,” tutur Julianus.

Dalam hal fotografi misalnya, Julianus mencontohkan, seorang fotografer perlu secara spesifik menentukan di segmen pasar mana dia akan lebih banyak berkecimpung. Misalnya saja food fotografer, fotografer alam, fotografer artistik dan sebagainya.

“Misal saya sendiri, memilih fotografi di sektor oil and gas. Itulah uniqueness saya. Setelah itu ditentukan, maka selain dia mendalami pengetahuan di fotografi, dia juga harus memahami sektor di sekelilingnya yang diam au terjuni itu. Caranya gimana? Ya, banyak membaca. Masalahnya masyarakat kita ini malas banget saat disuruh membaca. Itu alasan utama kenapa sampai sekarang industri kreatif kita susah berkembang. Gimana mau berkembang kalau membaca saja malas!” tegas Julianus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: