Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wih! Laba Bersih Astra International Tembus Rp21,67 Triliun di 2018

Wih! Laba Bersih Astra International Tembus Rp21,67 Triliun di 2018 Menara PT Astra International Tbk | Kredit Foto: Astra International
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Astra International Tbk mencetak laba bersih sepanjang 2018 sebesar Rp21,67 triliun, naik 15% dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp18,84 triliun.

Di samping itu, perseroan juga mencatatkan pendapatan bersih untuk tahun lalu meningkat 16% menjadi Rp239,2 triliun, dengan pertumbuhan pendapatan pada hampir semua segmen bisnis, terutama dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta otomotif.

"Grup telah mencapai kinerja yang baik pada 2018, tetapi situasi bisnis tahun ini tampaknya lebih menantang karena ketidakpastian kondisi makro-ekonomi, pasar mobil yang sangat kompetitif, dan harga komoditas yang turun," kata Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International, sebagaimana tertulis dalam siaran pers, Rabu (27/2/2019).

Prijono menjelaskan bahwa kenaikan laba bersih grup disebabkan peningkatan kontribusi dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta segmen bisnis jasa keuangan. Kedua segmen tersebut mengalami kenaikan yang melebihi dari penurunan kontribusi segmen agribisnis dan bisnis otomotif.

Segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat sebesar 48% menjadi Rp6,6 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki perseroan, membukukan peningkatan laba bersih sebesar 50% menjadi Rp11,1 triliun, terutama disebabkan peningkatan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan, dan pertambangan, yang seluruhnya diuntungkan oleh harga batu bara yang lebih tinggi dibandingkan pada 2017.

Baca Juga: Wih, Laba United Tractors Melompat 50%

Begitu juga laba bersih jasa keuangan grup meningkat 28% menjadi Rp4,8 triliun, dengan peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen, bank, dan bisnis asuransi umum. Kontribusi laba bersih dari perusahaan pembiayaan mobil grup meningkat 26% menjadi Rp1,2 triliun, disebabkan provisi kerugian pinjaman yang lebih rendah dan naiknya kepemilikan saham grup di PT Astra Sedaya Finance (ASF).

Sementara laba bersih dari bisnis otomotif grup menurun 4% menjadi Rp8,5 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan marjin operasi, walaupun terdapat kenaikan unit penjualan otomotif. Penjualan mobil secara nasional meningkat 7% pada 2018 dibandingkan 2017 menjadi 1,15 juta unit. Penjualan mobil Astra hanya naik 1% menjadi 582.000 unit, namun karena meningkatnya kompetisi, pangsa pasar Astra menurun dari 54% menjadi 51%.

Dari segmen agribisnis, laba bersihnya turun sebesar 27% menjadi Rp1,1 triliun. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) yang 79,7% sahamnya dimiliki perseroan, membukukan penurunan laba bersih 27% menjadi Rp1,4 triliun, terutama disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit sebesar 12% menjadi Rp7.275 per kg dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2017.

Baca Juga: Astra Agro Lestari Siap Lanjutkan Pertumbuhan Bisnis di Tahun 2019

Adapun bisnis infrastruktur dan logistik grup mencatat laba bersih Rp196 miliar pada 2018, dibandingkan dengan rugi bersih Rp231 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini merupakan dampak meningkatnya keuntungan dari bisnis Jalan Tol Tangerang-Merak dan unit bisnis PT Serasi Autoraya, serta dampak kerugian dari divestasi 49% kepemilikan saham di PT PAM Lyonnaise Jaya pada tahun sebelumnya.

Selanjutnya, segmen teknologi informasi grup mencatat kenaikan laba bersih 5% menjadi Rp208 miliar. PT Astra Graphia Tbk (AG), yang 76,9% sahamnya dimiliki perseroan, mencatat kenaikan laba bersih sebesar 5% menjadi Rp270 miliar yang disebabkan peningkatan pendapatan segmen bisnis solusi dokumen dan solusi IT.

Terakhir, bisnis properti grup melaporkan penurunan laba bersih sebesar 28% menjadi Rp160 miliar, terutama disebabkan menurunnya penerimaan laba yang diakui dari pengembangan proyek Anandamaya Residences, sebagai dampak dari tingkat persentase penyelesaian proyek yang semakin mengecil pada tahap akhir konstruksi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: