Dari BIM, AI, Hingga Big Data, Ini Peta Jalan Digitalisasi Wika
Teknologi building information modeling (BIM) beberapa tahun terakhir telah mengakselerasi digitalisasi sektor konstruksi. Padahal, sektor ini relatif lebih jauh terdisrupsi ketimbang sektor lain.
BIM sudah terbukti mampu mengikatkan efisiensi sektor konstruksi. Dengan BIM, yang semula pembangunan gedung 30 lantai membutuhkan waktu sekitar 1,5 hingga 2 tahun, sekarang hanya sebulan. Di China, bahkan untuk membangun gedung 57 lantai, konstruksinya dikerjakan hanya dalam 19 hari.
Atas dasar itu, salah satu pelaku bisnis konstruksi, PT Wijaya Karya Tbk (Wika) membuat peta jalan digitalisasi di lingkungan grup perusaaan. General Manager System Development PT Wijaya Karya, Novias Nurendra menyatakan, digitalisasi Wika ke depan diarakan untuk meningkatkan efisiensi, yang setiap proses bisnis harus dilakukan dengan benar.
"Di tahap awal-awal ini kami melakukan banyak digitalisasi, jadi di dunia konstruksi mungkin kita kenal yang namanya BIM, bagaimana digitalisasi atau sistem software digunakan untuk memprediski semua yang akan terjadi di proyek. Dulu kami punya gambar desain dua dimensi. Saat jalan, (saya) kaget ternyata tiba-tiba ada pipa gas di sini, sebelumnya tidak terprediksi bikin waktunya mundur," kata dia kepada Warta Ekonomi belum lama ini.
Baca Juga: Apa Itu Artificial Intelligence?
BIM difokuskan untuk mengeliminasi kesalahan-kesalahan rancangan bangunan di awal, semisal desain yang bertabarakan dengan fasilitas pipa gas, pipa layout kabel atau sambungan-sambungan pipa yang bertabrakan dengan struktur.
Selain BIM, ada juga penggunaan drone yang dipersenjatai dengan kamera dan artificial intelligence (AI) yang telah merevolusi pelaksanaan survei. Jika survei dulu harus dilakukan tim dengan turun ke lapangan, membuat jalur sendiri dengan fase yang diulang-ulang sehingga memakan waktu, sekarang dengan bantuan drone, kamera, dan AI, kontur bisa langsung ditentukan. Jadi, jika dulu tender untuk titik atau kota A ke B baru dilakukan saat tanah sudah dibebaskan, ke depan hal ini bisa diubah. Kontraktor diminta melakukan desain yang paling efisien. Dia akan bisa memilih jalur yang paling efisien (jaringan dan timbunan paling efektif). Aspek keahliannya-lah yang ditenderkan.
"Ada satu proyek di Kalimantan Utara berbiaya hampir Rp1 triliun, setelah ditinjau ulang lagi dengan diberikan kebebasan untuk layout jalan, biayanya berkurang setengah karena konsep jalan yang harus ditempuh menjadi tidak perlu membuat jembatan misalnya yang sedemikian panjang. Kalau dengan drone, waktu lebih cepat, biaya secara keseluruhan menjadi rendah. Maka, digitalisasi menjadi mandataris di dunia konstruksi," tambah dia.
Terakhir adalah analisis big data. Dalam peta jalan, hingga 2023 perusahaan akan menggunakan analisis big data sehingga keputusan atau kebijakan yang diambil korporasi berdasarkan pada data-data yang dikumpulkan secara keseluruhan di grup Wika. Karena tanpa data-data yang terpadu, korporasi yang besar seperti Wika sulit untuk bisa menentukan arah kebijakannya.
Peta jalan tersebut juga sudah mengecek berbagai masukan dari konsultan-konsultan internasional seperti BCG terkait sesuatu yang akan merevolusi dunia konstruksi ke depan. Tidak kalah penting, mengubah cara perusahaan berpikir dan melakukan proses, termasuk melatih SDM, supaya proses yang berbeda itu menjadi kata kunci keberhasilan.
"Satu lagi tentu kami mengukur apakah proses yang kami lakukan sudah benar dengan mengikuti event atau award di luar. Ukuran-ukuran best practice itu kami peroleh sehingga bisa mengukur apakah kami sudah berada di jalan yang benar untuk membuat Wika makin go internasional dan bersaing secara global. Misalnya kami ikut Year in Infrastructure Award 2018 dari Bentley di London, dan menang untuk kategori environmental engineering atas penerapan BIM di proyek perencanaan penanggulangan bencana longsor di Bogor, serta kategori bridges atas penerapannya pada proyek pembangunan Flyover Teluk Lamong. Ini menunjukan kemampuan Wika sudah setara dengan Siemens, Mitsubishi, dan best practice di luar sana," kata dia.
Baca Juga: Kenapa Big Data Penting untuk Pebisnis? Karena....
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti