Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Dia Game Berbasis Cloud Google Disrupsi Xbox dan Kawan-Kawan

Ini Dia Game Berbasis Cloud Google Disrupsi Xbox dan Kawan-Kawan Kredit Foto: Entrepreneur
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saham perusahaan game Asia rabu lalu terjun bebas menyusul berita Google yang berencana untuk meluncurkan platform game berbasis cloud, "Stadia"tahun ini. Microsoft juga baru-baru ini megumumkan rencana untuk meluncurkan uji coba layanan streaming game. Saham Nintendo pada satu titik jatuh mendekati 5% sementara saham Sony turun lebih dari 3%. Saham Korea Selatan Nexon afiliasi Nexon GT tergelincir lebih dari 2% dan China Tencent Holdings juga diperdagangkan lebih rendah pada satu titik.

Investor di perusahaan-perusahaan ini dihantui oleh pemikiran akan semakin banyaknya kompetisi yang menghasilkan pendapatan, terutama ketika cloud gaming memperoleh momentum. Teknologi cloud memungkinkan gamer untuk streaming, bukan mengunduh, game, sehingga mereka dapat tetap online. Dengan perkembangan teknologi 5G, cloud gaming merupakan perkembangan yang sudah diantisipasi pasar.

Google mengumumkan rencana mereka untuk meluncurkan "Stadia," platform game berbasis internet di Game Developers Conference, acara industri game profesional terbesar dunia, di San Francisco Selasa lalu. CEO Google Sundar Pichai mengatakan Stadia akan menjadi platform "untuk semua orang."

Baca Juga: Google Kenalkan Stadia, Layanan Cloud Gaming Besutannya

Analis mengatakan perusahaan game Asia, terutama yang berfokus pada konsol, harus berevolusi dengan cepat untuk mendapatkan manfaat dari teknologi baru dan tetap kompetitif. Jaringan 5G akan memungkinkan kecepatan internet yang lebih cepat serta menciptakan koneksi ponsel cerdas yang lebih andal, dengan lebih sedikit latency, yang akan membantu penyebaran game cloud dan meningkatkan popularitasnya.

Microsoft juga telah meluncurkan layanan streaming game yang disebut "Project xCloud," dengan tujuan agar gamer bisa memainkan video game berkualitas tinggi pada berbagai perangkat yang berbeda, artinya pemain yang hanya menggunakan ponsel tidak perlu membeli konsol yang mahal. Pekan lalu, Kareem Choudhry, kepala Microsoft gaming cloud, mengkonfirmasi rencana perusahaan untuk memulai uji coba layanan publik tahun ini.

Amazon juga dikabarkan akan mengerjakan proyek serupa, sementara pemain lain di industri ini mengklaim bahwa ada kemungkinan bahwa layanan streaming video Netflix dan Hulu bisa menjadi pesaing potensial juga.

Baca Juga: Apa Itu Cloud Gaming?

Analis perusahaan riset pasar yang berbasis di Inggris, TechNavio memperkirakan bahwa pasar cloud gaming global akan tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan majemuk lebih dari 30% antara 2018 dan 2022. Jika pasar itu mendisrupsi game konsol, perusahaan seperti Nintendo, yang mendaftarkan lebih dari 90% penjualannya dari bisnis platform video game-nya, yang mana sekitar 60% berasal dari penjualan perangkat keras, akan menderita.

Nintendo dan Sony sudah menghadapi perlambatan penjualan. Pada akhir Januari, Nintendo memangkas perkiraan penjualan setahun penuh untuk Nintendo Switch menjadi 17 juta konsol untuk tahun yang berakhir Maret. Perkiraan sebelumnya adalah 20 juta. Sony, yang PlayStation 4-nya sangat populer, juga mengalami penurunan laba operasi 14% dalam bisnis game-nya selama tiga bulan hingga Desember karena penurunan penjualan perangkat keras PS4.

Perusahaan intelijen pasar Newzoo, dalam laporannya yang berjudul "Cloud Gaming: The Perfect Storm," menunjukkan bahwa secara global, 51% pemain PC dan konsol menganggap diri mereka sebagai gamer kasual. Grup ini bisa menjadi yang pertama dimotivasi oleh cloud gaming. Karena biaya dimuka yang lebih rendah karena konsol tidak akan diperlukan.

Dengan sekitar $400 per konsol dan $60 per game, seorang gamer kasual yang membeli tiga game dapat berlangganan layanan $100 / tahun selama hampir enam tahun sebelum total biaya mereka sama dengan apa yang akan mereka keluarkan untuk format fisik. Tidak hanya bagi gamer, bagi developer sendiri, ketimbang merakit PC, lebih efisien menguji coba game mereka di platform cloud.

Baca Juga: Perusahaan Berbasis Cloud Ini Meroket ke Pasar ASEAN, Jelajahi Singapura

Pasar game Asia sendiri menyumbang 45%, atau mendekati $44 miliar, senilai industri global pada 2017 dan masih merupakan wilayah dengan pertumbuhan tercepat.

Pengembang video game No. 1 di China Tencent Holdings telah menyatakan minatnya untuk menikah dengan gaming dengan generasi berikutnya dari teknologi telekomunikasi, dengan bekerja sama dengan Nokia pada penelitian teknologi 5G dengan tujuan membuka layanan baru termasuk cloud-gaming.

"Teknologi 5G sangat penting bagi bisnis inti Tencent seperti video game dan mobil yang terhubung ke internet," kata Zhang Yunfei, direktur Tencent Future Network Lab pada konferensi industri tahun lalu di Shanghai, seperti dilansir Tencent News.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: