Pengamat komunikasi politik, Ari Junaedi mengatakan, rendahnya elektabilitas partai-partai baru seperti PSI, Partai Garuda, Partai Berkarya dan Partai Perindo adalah wajar dan normal.
Menurutnya, strategi partai-partai baru kurang tepat. "Selain sebagai "new comer" positioning dan strategi branding partai-partai baru pun terbilang tidak tepat. Hal ini terlihat dari tingginya resistensi mayarakat termasuk PSI yang dibesut anak-anak milenial," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Lanjutnya, ia mengatakan dirinya pernah menaruh harapan pada PSI saat awal berdiri, Namun, hal tersebut luntur daat PSI kerap mengeluarkan blunder-blunder yang tidak perlu, serta mengganggu soliditas di koalisi partai pendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Pernyataan perda syariah dan poligami yang masuk dalam ranah filosofis keagamaan sebaiknya tidak disentuh PSI di awal kampanye. Dengan cara seperti itu, PSI mengobarkan perang dengan kaum mayoritas," ujarnya.
Sambungnya, "Demikian juga soal pernyataan PSI yang menyinggung kiprah partai-partai lama soal pendampingan terhadap gender, toh nyatanya sudah digarap oleh partai-partai yang jauh lebih senior," tambahnya.
Selain itu, menurutnya, PSI lincah bermanuver di pusaran-pusaran isu-isu nasional tanpa membuat permusuhan dengan partai-partai lain. "Ini kan tidak, PSI membuka front "pertempuran" dengan partai-partai "senior", tidak peduli yang ada di dalam koalisi atau tidak serta tidak menggarap intens pasar potensialnya," paparnya.
Tambahnya, PSI tidak bisa menempatkan diri sebagai partai baru yang sejajar dengan partai mapan seperti PDIP, Gerindra, Golkar dan PKB.
"PSI kurang santun dalam berpolitik serta tidak bisa melepaskan diri dari gaya anak muda yang temperamental," tukasnya.
Baca Juga: Hasil Survei ASI, Grace Natalie Layak jadi Menteri, Setuju?
Sebelumnya, hasil survei terbaru Litbang Kompas tidak hanya menunjukkan partai pendatang baru tidak ada yang lolos ambang batas parlemen (PT) 4 persen, tetapi adanya resistansi atau penolakan masyarakat terhadap partai-partai tersebut.
Baca Juga: Elektabilitas Jokowi Anjlok, PSI Penyebabnya?
Uniknya, angka resistansi tersebut justru lebih tinggi dari elektabilitas partai-partai baru yang rata-rata cuma berkisar nol koma.
PSI menjadi partai baru yang paling tinggi resistansinya. Dengan elektabiltas hanya 0,9%, resistansi masyarakat terhadap partai pimpinan Grace Natalie itu ditolak oleh 5,6%masyarakat. Selanjutnya Perindo dengan elektabilitas 1,5 persen, resistensinya 1,9%. Kemudian Berkarya elektabilitas 0,5%, resistensinya 1,3%. Terakhir, Garuda elektabilitas 0,2%, resistensinya 0,9%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil