Jumlah produksi berbagai komoditas pertanian disebut Kelompok Tani Nasional Andalan (KTNA) terus merangkak naik. Untuk membantu memasarkannya dengan nilai jual yang lebih baik, KTNA melakukan inovasi, salah satunya dengan menyiapkan KTNA Mart.
Ketua Umum KTNA, Winarno Tohir emngungkapkan, iIde ini bermula dari kegelisahan KTNA melihat olahan hasil pertanian Indonesia kurang dipasarkan ke pasar ritel. KTNA Mart diminta menjajakan minimal 30$ produk pertanian lokal, dan terus dinaikkan secara bertahap.
Baca Juga: Aneka Ragam Peluang Usaha di Sektor Pertanian
"Sebagai contoh, produk lokal yang potensial dipasarkan, KTNA menghadirkan sejumlah UMKM yang mengolah hasil produk pertanian," kata Winarno melalui keterangan tertulisnya, Jumat (22/3/2019).
Salah satu pelaku UMKM itu adala Lasmi dari Kelompok Wanita Tani (KWT) Jakarta Selatan, yang terkenal akan keberhasilannya mengembangkan jamu gendong. Sayangnya, ia merasa kesulitan meluaskan pasar jamu racikannya, yang ia jamin keaslian dan kemurnian bahan-bahannya, juga tanpa menggunakan bahan pengawet.
Baca Juga: Bertani Kini Lebih Mudah dan Menguntungkan
"Salah satu racikan saya yang mulai populer adalah Sanapis. Yaitu campuran sawi, nanas, dan jeruk nipis. Ini berkhasiat untuk melancarkan pencernaan, mencegah osteoporosis, menurunkan kadar kolesterol, dan bisa meredakan batuk. Tapi, saya kesulitan masuk ke pasar ritel karena ada biaya-biaya yang memberatkan UMKM," ujar Lasmi.
Ia berharap peningkatan produksi yang telah dicapai dengan dukungan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan), dapat disinergikan dengan menciptakan wadah untuk pemasaran produk-produk hasil olahan hasil pertanian.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti