Sentimen brexit belum juga reda, kini pasar keuangan global harus bergumul dengan sentimen besar lainnya, yaitu ancaman resesi AS. Pasar obligasi AS mencatat yield atau imbal hasil surat utang AS tenor tiga bulan mencapai 2,45% atau lebih tinggi daripada tenor sepuluh tahun yang hanya sebesar 2,43%.
Hal tersebut tentu menjadi sinyal akan adanya resesi di AS selama 18 bulan ke depan lantaran investor meminta imbal hasil yang lebih tinggi untuk aset jangka pendek yang akhirnya akan membuat kondisi ekonomi AS bermasalah dalam waktu dekat.
Melihat hal demkian, investor akhirnya mengambil langkah penyelamatan dengan berlindung ke aset safe haven seperti dolar AS dan yen. Bagaimanapun, ancaman resesi kali ini bisa mnejadi dua mata pisau bagi dolar AS, satu sisi menguntungkan, satu sisi lainnya merugikan dolar AS.
Baca Juga: Tuh Kan! Lima Hari Tertekan, Dolar AS Balas Dendam ke Rupiah!
Sebagai salah satu aset safe haven, dolar AS kian diburu investor dibandingkan dengan mata uang kawasan lainnya. Namun, di sisi lain, resesi berpotensi menjadi sentimen penekan dolar AS untuk kembali melemah setelah sebelumnya dovish The Fed membuat dolar AS terkapar tak berdaya.
Pagi ini, dolar AS bergerak variatif dengan kecenderungan menguat. Apresiasi tertinggi didapatkan dolar AS dari rupiah sebesar 0,35%. Meskipun begitu, dolar AS rupanya belum mampu menandingi aset safe haven lainnya, yaitu yen karena dolar AS masih terdepresiasi sebesar 0,12%.
Baca Juga: The Fed Dovish, Dolar AS Dibabat Habis!
Sikap investor yang lebih menguatamakan berlindung di dua mata uang safe haven tersebut membuat mayoritas mata uang Asia melemah, termasuk rupiah. Setelah lima hari berturut-turut menguat di pekan lalu, kini nasib rupiah malah berada di ujung tanduk.
Rupiah menempati posisi sebagai mata uang terlemah di Asia karena tak ada satu pun mata uang yang mampu ditaklukkan rupiah. Hingga pukul 09.50 WIB, rupiah terdepresiasi kian dalam 0,37% ke level Rp14.218 per dolar AS. Rupiah juga terkoreksi 0,32% oleh dolar Australia dan terkoreksi 0,26% oleh euro.
Di Asia, yen menjadi menekan paling besar bagi rupiah sebesar 0,48%, kemudian disusul oleh yuan (0,43%), won (0,40%), dolar Hongkong (0,39%), dan dolar Singapura (0,37%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: