Jejak.in, perusahaan rintisan penyedia sistem sensus pemantauan menggunakan perangkat lunak untuk mengelola pohon dan tanaman, tahun ini berencana melakukan ekspansi ke pasar di luar Indonesia. Perusahaan melihat bahwa pasar sustainable and efficient business telah cukup stabil di beberapa negara maju, seperti Australia dan negara-negara Eropa.
Founder Jejak.in, Arfan Arlanda menyatakan, beberapa tawaran kolaborasi datang dan disambut terbuka oleh pihaknya lantaran sejalan dengan misi perusahaan yang fokus pada sustainable business dan ingin menyelesaikan permasalahan terkait emisi yang dihasilkan oleh setiap organisasi dan perusahaan di berbagai sektor industri.
"Tahun ini kami berfokus melakukan pilot dan implementasi di berbagai sektor di Indonesia. Saat ini kami juga sedang mengembangkan layanan carbon management yang dapat membantu setiap organisasi, perusahaan, dan bahkan kota-kota untuk memahami dan melakukan monitoring terhadap emisi yang mereka hasilkan. Kemudian, sistem dapat memberikan rekomendasi dalam melakukan strategi dan rencana untuk mengurangi emisi karbon tersebut. Tahun depan kami berencana masuk ke pasar di luar Indonesia lewat kolaborasi dengan berbagai organisasi lain," kata Arfan kepada Warta Ekonomi, Rabu (27/3/2019).
Baca Juga: Startup Ini Gunakan AI untuk Identifikasi Lingkungan
Ditambahkannya, mereka sangat antusias terkait dengan rencana kolaborasi ini. Pemerintah di berbagai negara maju telah membuat kebijakan yang mengatur perusahaan dan bisnis agar tidak memproduksi emisi melewati threshold (ambang batas) tertentu. Layanan yang ditawarkan Jejak.in diharapkan dapat membantu berbagai perusahaan untuk dapat memahami dan memantau hal ini, yang akan membantu mereka dalam efisiensi biaya terhadap perhitungan yang biasanya dilakukan oleh lembaga konsultan.
Di Indonesia sendiri, beberapa perusahaan, seperti Danone Aqua dan perusahaan mining (tambang) tengah melakukan implementasi dan uji coba menggunakan platform yang disediakan oleh Jejak.in. Perusahaan tambang menggunakan solusi ini untuk memantau perkembangan reklamasi dan rehabilitasi yang dilakukan.
Kendala yang saat ini dihadapi mereka ialah terkait koleksi data, proses data, laporan, dan insights yang dapat dilakukan. Koleksi data saat ini masih sangat manual, menggunakan mitra yang melakukan sampling ke lapangan. Drone Aqua sudah menggunakannya, namun proses datanya pun masih manual dan analisisnya dilakukan dengan penilaian yang memberikan hasil yang kurang akurat.
Baca Juga: Lewat 10100 Fund, Mantan CEO Uber Ikut Berinvestasi ke Startup Logistik Ini
Jejak.in menggunakan berbagai teknologi termasuk areal mapping, remote sensing, dan artificial intelligence (AI) untuk memperhitungkan dampak lingkungan melalui semua data yang tersimpan secara digital sehingga perusahaan mudah memantau dan mempresentasikan hasilnya ke manajemen, pemerintah, dan organisasi lain yang berkepentingan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: