Kecakapan dalam berkomunikasi, kemampuan teknikal, dan kepribadian yang kreatif dan inovatif disebut sebagai tiga kunci utama dalam bersaing di tengah perkembangan industri dan dunia kerja yang semakin terbuka seperti saat ini. Berkaca dari pandangan tersebut, faktor penguasaan bahasa asing sebagai bagian dari kecakapan dalam berkomunikasi dianggap menjadi titik lemah masyarakat Indonesia di tengah persaingan dengan tenaga kerja dari negara-negara lain.
"Sesuai pengalaman tinggal di Indonesia, saya melihat orang Indonesia paling jago making money (menghasilkan uang). Di Inggris, tempat asal saya tidak ada, misalnya ojek payung, tambal ban atau jasa antar orang, beli makanan pakai motor yang sekarang justru sukses besar lewat Go-Jek. Masyarakat Indonesia terkenal sangat kreatif. Hanya ketika kita bicara tentang pasar global, mereka kurang cukup punya kemampuan dalam mengomunikasikan ide-ide mereka, konsep bisnis mereka," ujar Academic Operations Manager EF English Centers for Adults, Pierre Edgcumbe di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Baca Juga: Waduh, Indonesia Termasuk Negara dengan Penguasaan Bahasa Inggris Rendah
Penilaian Pierre soal kreativitas masyarakat Indonesia itu disampaikan berkaitan dengan peluncuran produk edukasi terbaru dari EF English Centers for Adults yang diberi nama Career Track. Produk yang baru saja diluncurkan di enam EF Centers di Jakarta dan Surabaya itu merupakan produk edukasi terbaru dari EF English Centers for Adults yang khusus diperuntukkan bagi kalangan profesional yang ingin lebih menguasai kebutuhan bahasa Inggris di dunia kerja.
"Di Indonesia biasanya orang hanya sekadar mau tahu atau bisa berbahasa Inggris dalam taraf yang seadanya. Mereka biasanya bicara dalam bahasa Inggris, namun masih menggunakan struktur Indonesia. Misal ketika mereka tahu saya berasal dari Inggris dan ingin bercerita bahwa mereka pernah ke sana, orang Indonesia paling banyak menyebut 'I ever been there'. Itu salah. Yang benar adalah 'I have been there' karena ever itu hanya dipakai untuk bertanya," tutur Pierre.
Bentuk-bentuk kesalahan semacam itu, lanjut Pierre, paling banyak dijumpainya di Indonesia. Artinya, pada dasarnya masyarakat Indonesia bukan tidak bisa berbahasa Inggris, melainkan kurang memahaminya dengan baik dan benar sehingga kurang tepat dalam penggunaannya.
Baca Juga: Persoalkan Bahasa Inggris, TKN: Cinta Laura Saja Jadi Presiden
"Kalau sekadar ingin lawan bicara kita paham maksud kita sih it's oke. Tapi ketika kita bicara dunia kerja atau persaingan global seperti sekarang ini, I think it's not a good thing to do," tegas Pierre.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: