Go-Jek akhirnya membuka suara terhadap kabar transformasinya menjadi decacorn, Jumat (5/4/2019). Perusahaan mengaku baru mendengar kabar tersebut dan bersyukur karena ada lembaga riset independen yang memvalidasi kesuksesannya dalam meningkatkan valuasi perusahaan.
Menurut Chief of Corporate Affairs Go-Jek Group, Nila Marita, kesuksesan layanan platform on-demand itu terlihat dari minat dan kepercayaan investor yang semakin kuat. Hal itu dipengaruhi oleh misi, pertumbuhan, serta dampak ekonomi dan sosial dari Go-Jek kian meningkat.
"Kami baru mendengar mengenai kabar tersebut dan bersyukur ada lembaga independen yang memvalidasi kesuksesan kami dalam meningkatkan nilai perusahaan, tanpa kami perlu membuat pengumuman," ujar Nila melalui pernyataan resminya kepada Warta Ekonomi.
Go-Jek memiliki jumlah pengguna aktif mingguan lebih tinggi 55% dari kompetitornya. Data itu berasal dari lembaga riset global CBInsight.
Baca Juga: Soal Kabar Jadi Decacorn, Begini Respons Go-Jek
Nina berkata, "Go-Jek memiliki pangsa pasar tertinggi diantara penyedia layanan e-commerce dilihat dari rata-rata pengguna aktif aplikasi per minggu berdasarkan data dari sebuah platform global yang menganalisis penggunaan aplikasi mobile sedunia."
Sejak Kamis (4/4/2019), Go-Jek dilaporkan telah memiliki valuasi sebesar US$10 miliar (sekitar Rp141 triliun), menurut platform penyedia analisis global CBInsights. Adapun dalam laporan bertajuk The Global Unicorn Club itu, investor terpilih Go-Jek yakni Formation Group, Sequoia Capital India, dan Warburg Pincus.
Go-Jek menduduki peringkat ke-19 secara global dalam laporan tersebut. Sementara saingannya, Grab, ada di posisi ke-13 dengan valuasi sebesar US$11 miliar (Rp155,7 triliun). Valuasi terbesar di sektor ride-hailing dipegang oleh Uber dengan nilai sebesar US$72 miliar (sekitar Rp1 kuadriliun).
Perusahaan ride-hailing yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu telah tersedia di 204 kota, 2 juta pengemudi, dan 400 ribu mitra pedagang. Namun, sebagian besar layanan dan mitra Go-Jek masih berada di Indonesia.
Bisnis Go-Jek di negara ini meliputi transportasi, pengiriman makanan, layanan on-demand, pembayaran, dan layanan keuangan. Sementara, model bisnis Go-Jek di negara lain berada dalam tahap yang berbeda-beda.
Baca Juga: Jokowi Bikin Kuis "Apa itu Decacorn?"
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan Go-Viet di Vietnam menawarkan pengiriman makanan dan transportasi roda 2. Begitu pula dengan Get di Thailand yang menyediakan layanan ojek daring. Sementara, di Singapura, Go-Jek masih hadir dalam layanan transportasi roda empat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: