Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Neraca Pembayaran Indonesia?

Apa Itu Neraca Pembayaran Indonesia? justice-two-hands-balance | Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia mendefiniskan neraca pembayaran Indonesia (NPI) atau balance of payments sebagai catatan statistik atas transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dan nonpenduduk Indonesia yang dihitung dalam periode tertentu.

Perlu diketahui bahwa setiap transaksi yang tercatat dalam NPI dilakukan oleh perorangan, perusahaan, maupun pemerintah Indonesia. Secara sederhanya, NPI dapat membantu suatu negara dalam memantau aliran dana untuk mengembangkan perekonomiannya.

Transaksi dalam Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran suatu negara meliputi tiga jenis transaksi, yaitu transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial atau keuangan. Transaksi berjalan akan mencakup segala transaksi yang berasal dari perdagangan barang dan jasa serta pendapatan yang berasal dari investasi asing.

Baca Juga: Apa Itu Defisit Transaksi Berjalan?

Sementara itu, transaksi modal dan transaksi keuangan umumnya didefinisikan sama. Dalam arti sempit, transaksi modal hanya mencakup transaksi dalam instrumen keuangan, sedangkan dalam arti luas, akun modal mencakup transaksi dalam instrumen keuangan dan cadangan bank sentral.

Neraca Pembayaran dan Kebijakan Ekonomi

Neraca pembayaran kerap disandingkan dengan data posisi investasi internasional. Keduanya sangat dibutuhkan pemerintah dalam merumuskan kebijakan ekonomi nasional dan internasional.

Dua hal yang paling disoroti dalam neraca pembayaran ketika merumuskan kebijakan ekonomi, yaitu ketidakseimbangan pembayaran (surplus atau defisit) dan investasi asing.

Baca Juga: Apa Itu Defisit Neraca Jasa?

Berikut ini adalah salah satu kasus yang menunjukkan kaitan antara neraca pembayaran dan kebijakan ekonomi. Suatu negara yang mengalami defisit neraca pembayaran mungkin saja mengadopsi kebijakan yang dirancang khusus untuk menarik investasi asing di sektor-sektor tertentu.

Sementara itu, di negara lain, dengan data neraca pembayaran yang ada, pemerintah membuat kebijakan berupa menjaga mata uang dalam tingkat yang sangat rendah. Hal itu dilakukan untuk merangsang ekspor dan membangun cadangan mata uangnya.

Penghitungan Neraca Pembayaran

Satu hal yang paling utama dalam menghitung neraca pembayaran adalah keseimbangan antara arus masuk dan arus keluar. Dalam artian, ketika seluruh komponen dalam arus masuk dan arus keluar dijumlahkan, nilainya haruslah nol. Namun, sayangnya hal tersebut relatif sulit ditemukan.

Baca Juga: Apa Itu Neraca Perdagangan?

Ketidakseimbangan tersebutlah yang akan menghasilkan apa yang disebut dengan surplus dan defisit neraca pembayaran.

Surplus dan Defisit Neraca Pembayaran

Surplus neraca pembayaran berarti suatu negara mempunyai ekspor yang lebih tinggi daripada impornya. Selain itu, surplus juga menandakan bahwa mayoritas penduduk dan pemerintah dari negara tersebut adalah penabung.

Dengan begitu, negara mempunyai modal yang cukup untuk membayar semua produksi dalam negeri dan bahkan meminjamkan uangnya ke negara lain. Namun, sayangnya hal itu akan membuat negara menjadi terlalu bergantung pada pendapatan ekspor sehingga perlu usaha lebih untuk mendorong penduduknya membelanjakan uang yang dimiliki.

Sementara itu, defisit neraca pembayaran berarti negara tersebut mempunyai impor yang lebih tinggi daripada ekspornya sehingga tabungan yang dimiliki relatif rendah. Ketika defisit terjadi, negara lain cenderung akan meminjamkan dan menginvestasikan uangnya di negara yang mengalami defisit.

Baca Juga: Waduh, Unduh Gim Ternyata Bikin Defisit Neraca Pembayaran Melebar

Hal itu tak jarang akan memberikan win win solution bagi kedua negara yang terlibat, namun jika terjadi secara berkepanjangan tentu akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.

Pasalnya, negara pemberi pinjaman akan menuntut pengembalian lebih dari negara peminjam sehingga tak ayal akan mengarah pada inflasi seiring dengan menurunnya nilai mata uang negara peminjam tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: