Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prabowo-Sandi Kekanak-kanakan, Nggak Negarawan

Prabowo-Sandi Kekanak-kanakan, Nggak Negarawan Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Tim Kemenangan Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Inas N Zubir, mengomentari sikap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno atas hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei dalam Pilpres 2019.

Sebagaimana diketahui, hampir 90 persen lembaga survei menyatakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin berada di atas 50 persen sejak tahun lalu. Menurut Inas, hal ini menimbulkan kepanikan tersendiri untuk kubu Prabowo-Sandi.

 Baca Juga: Jokowi Menang di Markas Rizieq, TKN: Bukti Fitnah Tidak Mempan

"Alih-alih melakukan perbaikan untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas, malahan kubu Prabowo-Sandi berperilaku tidak elegan dengan mengumbar hoaks dan fitnah, hujatan dan pelecehan kepada Jokowi-Amin, bahkan termasuk Prabowo dan Sandi juga bersikap kekanak-kanakan dengan perilaku yang tidak sepantasnya muncul dari seorang negarawan," kata Inas dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (21/4/2019). 

Perilaku kubu 02, tambah Inas, tidak berubah dan masih berlanjut usai pemungutan suara dilakukan pada 17 April 2019. Kepanikan Prabowo-Sandi, katanya, berubah menjadi keputusasaan karena mendapatkan kenyataan bahwa hasil quick count lembaga-lembaga survei independen tidak ada satu pun yang mengunggulkan mereka.

Baca Juga: Kubu Jokowi dan Prabowo Tidak Berhak Saling Klaim Menang

Perolehan suara Jokowi-Ma'ruf Amin versi quick count rata-rata berada di atas 50 persen. Sebaliknya, perolehan suara Prabowo-Sandi justru berada di bawah Jokowi-Ma'ruf dan selisihnya berkisar 8–10 persen.

"Yang lebih parah dari perilaku kubu Prabowo-Sandi adalah dibangunnya narasi bahwa jika Jokowi-Amin menang pilpres berarti melakukan kecurangan, justru sebenarnya narasi ini sendiri adalah bentuk kecurangan juga di mana mereka berupaya menggiring opini sesat yakni apabila hasil penghitungan suara di TPS hingga KPU Jokowi dimenangkan maka harus dianggap curang," paparnya. 

Baca Juga: "Amien Rais Tak Usah Sok Jago Nantang SBY"

Inas menilai perolehan suara ini sulit dikejar oleh Prabowo-Sandi. Oleh karena itu, dia meyakini bahwa hasil quick count tidak akan jauh meleset dari real count KPU.

"Situasi yang sangat tidak menguntungkan ini membuat kubu Prabowo-Sandi berjungkir balik dengan membuat narasi baru bahwa kecurangan yang menguntungkan kubu paslon 01 terjadi dimulai dari penyelenggaraan pemungutan suara dari yang paling bawah, apakah memang demikian?" ucap ketua Fraksi Hanura DPR RI ini.

Ia mengatakan, berdasar Pasal 59 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, tujuh anggota KPPS dipilih dari masyarakat di sekitar TPS yang memenuhi syarat tertentu. Demikian pula dengan anggota KPUD dan KPU RI. Khusus untuk anggota KPU RI, lima anggotanya dipilih langsung oleh Komisi II DPR, yang juga diisi oleh partai-partai pendukung Prabowo-Sandi.

"Artinya bahwa KPPS, KPUD, dan KPU-RI bisa berisi orang-orangnya paslon 01 dan bisa juga berisi orang-orangnya paslon 02, dan keduanya punya peluang untuk berbuat curang, apalagi di tingkat paling bawah, yakni KPPS," tegas Inas.

"Keputusasaan kubu Prabowo-Sandi semakin menjadi-jadi dengan wacana Amien Rais dan maraknya tulisan tentang people power untuk menggerakkan massa ketika Prabowo-Sandi dinyatakan kalah oleh KPU," tutup Inas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: