Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan: Pertanian Napasnya Indonesia

Kementan: Pertanian Napasnya Indonesia Foto udara areal persawahan Desa Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (7/3/2019). Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menargetkan serapan gabah nasional periode Januari-Maret 2019 mencapai 1,49 juta ton atau sebesar 10 persen dari prediksi total potensi panen gabah nasional sebesar 14,29 juta ton pada periode tersebut. | Kredit Foto: Antara/Aji Styawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sektor pertanian memiliki peranan yang amat penting bagi kehidupan manusia karena pertanian bak napas bagi setiap manusia. Pasalnya, siapa pun membutuhkan hasil pertanian untuk keberlangsungan kehidupan.

Demikian dikemukan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri di sela-sela kegiatan diskusi terkait arah dan kebijakan pengelolaan, pelayanan informasi publik dan kehumasan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung Barat, Kamis (25/4/2019).

"Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia merupakan surga bagi kenakeragaman hayati. Sebagaian besar flora dan fauna dunia ada di negeri ini. Itu pula yang membuat sektor pertanian sangat vital bagi Tanah Air kita," kata dia melalui keterangan tertulisnya.

Oleh karenanya, pria yang akrab disapa Kuntoro ini menekankan pentingnya keberadaan dan peran vital petani dalam memproduksi bahan pangan. Bayangkan saja, andai di muka bumi ini, petani jagung, petani padi, petani gandum, nelayan, petani buah, petani sayuran mogok massal atau bahkan tak mau kembali bertani, dipastikan tidak ada pangan yang tersedia.

"Maka dari itu, jangan pernah terbersit sedikitpun di benak kita untuk menyepelekan sektor pertanian," ujarnya.

Baca Juga: Kementan Klaim Ekspor Hasil Pertanian Meningkat, Lihat Buktinya

Menurut Kuntoro, peran penting sektor pertanian pun tidak hanya sebatas menyediakan pangan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, menjadi sektor utama yang meningkatkan pendapatan suatu negara dari kegiatan ekspor pangan.

"Di Filipina, ekspor komoditas pertanian merupakan yang paling besar di antara komoditas lainnya. Sama seperti halnya Indonesia, sebagai negara kepulauan Filipina amat menaruh perhatian penting terhadap hal ini," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Kuntoro, Pemerintah Indonesia hingga kini masif melakukan ekspor komoditas pertanian. Di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, ekspor pertanian naik tajam sehingga sektor pertanian kembali menjadi sesuatu yang 'seksi'.

Melansir data BPS, ekspor komoditas pertanian hingga saat ini melonjak 26%, nilainya Rp1.700 triliun. Begitu pun PDB sektor pertanian naik 47%, total akumulasi nilainya Rp1.375 triliun atau separuh dari APBN.

Demikian pun selama 4,5 tahun Pemerintahan Jokowi-JK, inflasi bahan pangan dulu 2013 terburuk di dunia. Namun, setelah berjalan empat tahun, Indonesia mampu menekan inflasi dari 10,57% di 2014 menjadi 1,26% di 2017.

"Dari capaian ini, ada banyak negara yang dilampaui Indonesia, yaitu Jepang, Belanda, Kanada, Jerman, dan total ada 12 negara yang kita lampaui, sebentar lagi Amerika Serikat kita lampaui," ungkap Kuntoro.

Berangkat dari ini, Kuntoro menegaskan patut diapresiasi kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Salah satunya, Menteri Amran menggenjot komoditas pertanian di daerah terluar alias yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.

"Salah satu tujuan kebijakan ini adalah agar petani setempat bisa melakukan kegiatan ekspor. Misalnya saja di daerah Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan Timor Leste, Kuala Kampar, Kabupaten Pelalawan berbatasan dengan Singapura dan Malaysia hingga Papua berbatasan dengan Papua Nugini," tegasnya.

Saat ini, sambung Kuntoro, pemerintah dan seluruh elemen terkait dengan gencar mendorong petani milenial. Terutama mereka-mereka yang punya latar keilmuan pertanian alias mahasiswa. Ide-ide dan inovasi mereka amat dibutuhkan bagi kemajuan pertanian.

Baca Juga: Kementan Yakin Bisa Jadikan Indonesia Lumbung Pangan Dunia pada 2045

"Kita tak bisa memungkiri bahwa kaum petani didominasi oleh generasi lama sehingga butuh regenerasi. Upaya itu cukup berhasil seiring bermunculannya para petani muda sukses," ujarnya.

Dengan demikian, Kuntoro menilai ke depan petani milenial tak lagi memandang sebelah mata ihwal profesi petani. Sektor pertanian lebih dari sekadar mata pencaharian. Kaum milenial sadar bahwa pertanian adalah sebuah bisnis yang sangat prospektif.

"Dengan manajemen, sistem, dan konsep kekinian, pertanian kini naik kelas. Menjadi profesi yang elegan, bahkan menjadi sebuah way of life alias cara hidup," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: