Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan pihaknya mencatat lima alasan Pemilu 2019 dipenuhi unsur kecurangan.
Menurutnya, kesalahan input data pada website KPU merupakan salah satu kecurangan yang dinilai telah terstruktur, sistematis, masif dan brutal.
"Sejak awal kami menyebutkan ada kecurangan yang terstruktur sistematis, masif dan brutal karena memang ada kecurangan yang terjadi mulai dari proses kampanye, pencoblosan dan pasca pencoblosan nahkan mulai DPT. Misalnya DPT yang kemudian kami protes kemudian tidak dapat sambutan dan perubahan yang signifikan," ucapnya Senin (29/4/2019).
Baca Juga: TKN Sapa Jokowi Siap Presiden, BPN Kok Geram?
Lanjutnya, untuk yang kedua ialah mobilisasi terhadap penegak hukum, termasuk kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN). "Kami berulang kali menyatakan ada masifisme kerja yang secara struktural dari aparat kepolisian bahkan beberapa LSM menyatakan bahwasanya polisi melakukan pendataan ada pemilih di kantong-kantong suara tertentu untuk apa pendataan itu dan sebagainya," paparnya.
Sambungnya, "Kemudian ada ibu-ibu berulang kali mengingatkan bahwasanya ada mobilisasi pegawai BUMN dan bahkan mereka diminta untuk menggunakan dana mereka sendiri untuk memastikan kemenangan dari salah satu calon yaitu 01. Kemudian ada mobilisasi ASN, kemudian kepala daerah segala macam sistematik pada masa kampanye," tambahnya.
Baca Juga: Cegah Kecurangan, Gerinda Usul Aturan Presiden Satu Periode
Dan untuk yang ketiga, ia menilai adanya kecurangan pada masa pencoblosan yang mempengaruhi suara Paslon 02. "Pada saat masa coblos ada daerah di mana Prabowo-Sandi terkuat tiba-tiba tempat suaranya kurang, di luar negeri tiba-tiba yang akan memilih 02 nggak bisa memilih dan seterusnya sampai pasca pencoblosan," katanya.
Tak hanya itu, ia menilai hasil quick count tersebut sebagai upaya untuk mencocokkan pada Situng di KPU. "Di fase pencoblosan ada quick count, yang sekarang dugaan kami berusaha di cocokkan dengan perhitungan digital nya KPU," ucapnya.
Tambahnya, "Ini sistematik yang kita rasakan, nah berangkat dari itu termasuk dari quick count. Kemudian situng yang konsisten, konsisten keliru itu menjadi seperti gerakan masif mengarahkan publik bahwasanya ini yang disebut mereka kalo ngomong post truth itu loh, ini sebenarnya desain post truth itu sendiri, jadi diarahkan, itu dugaan yang kami terima," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil