Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Getasan, memiliki sumber daya pertanian yang luar biasa guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, bahkan pendapatan negara. Pasalnya, para petani daerah ini dengan lahan seadanya mampu membudidayakan sebanyak 32 jenis sayuran organik.
Saat meninjau usaha budi daya sayuran organik di kecamatan tersebut, Rabu (1/5/2019), Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi menegaskan, hasil panen sayuran organik di Getasan dipasarkan ke sejumlah supermarket, bahkan hingga diekspor ke luar negeri.
"Harganya bisa lebih tinggi masuk pasar modern dan ekspor, kuncinya ada pada pengemasan dan prinsip-prinsip yang diterapkan kepada petani," kata Suwandi melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta.
Budi daya sayuran organik di Getasan ini merupakan binaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dalam pengembangan budi daya sayuran agar diterima pasar modern hingga ekspor, menurut Suwandi, petani harus menerapkan sembilan prinsip yang baik, di antaranya jujur, disiplin, dan sebagainya.
Baca Juga: Ekspor Sawit Indonesia ke Uni Eropa Anjlok Hingga 39%
"Pendapatan per kepala keluarga petani sebesar Rp2 juta per bulan dengan luas lahan 1.000 meter. Intinya, semua petani sayuran organik di daerah Getasan ini sejahtera," beber Suwandi.
Ketua Koordinator Nasional Program Pertanian PBNU, Witjaksono, sekaligus selaku pembinaa sayuran organik di Getasan menerangkan, pengembangan budi daya sayuran organik di Getasan hingga saat ini masih dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok. Namun, ke depan akan dibentuk koperasi tani.
"Pola pengembangan yang kami lakukan ini tentunya mengacu pada model kelembagaan tani berbasis ekonomi umat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan. Masyarakat dengan lahan seadanya, bisa berpenghasilan besar. Ya di atas gaji UMR," terangnya.
Zaenal, salah seorang petani sekaligus pengekspor sayuran organik Getasan, mengatakan, sebanyak 32 jenis sayuran organik yang dihasilkan petani dikemas dan dipasarkan langsung dari Getasan. Margin yang diperoleh petani cukup tinggi sehingga pendapatan yang diperoleh jauh lebih tinggi.
"Seperti harga wortel dalam kemasan bungkusan Rp7.500 per bungkus. Biaya produksinya hanya Rp2.500 sehingga keuntungan mencapai Rp5.000," sebutnya.
Ada juga pitrut yang harganya Rp10.000 per bungkus dan timun seharga Rp7.500 per bungkus. Biaya produksi kedua sayuran ini sebesar Rp3.000. Sayuran organik lainnya yang diproduksi seperti piter seley seharga Rp17.500 per bungkus, kentang manis, daun labu, agas, rusmeri, daun ubi, dan berbagai jenis sayuran lainnya.
"Semuanya masuk (ke) supermarket dan sore hari ini diekspor ke Singapura," pungkas Zaenal.
Baca Juga: Edukasi Kunci Tingkatkan Konsumsi Sayuran di Indonesia
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: