Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiarto menolak keras hasil analisis Tim Riset CNBC Indonesia tentang kondisi perberasan selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang dinilai mengalami perlambatan.
Dalam tulisan berjudul "Dear Pak Jokowi, 5 Tahun ke Depan Kita Makan Apa?", Redaksi CNBC menyatakan bahwa produk domestri bruto (PDB) tanaman pangan tercatat minus alias terkontraksi. PDB tak pernah meningkat, bahkan saat pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% di 2018, PDB tanaman hanya tumbuh 1,48%.
"Analisis yang dangkal jika kinerja subsektor tanaman pangan hanya dilihat dari data PDB tanaman pangan 2015 hingga 2018," tegas Bambang melalui siaran berita, Senin (6/5/2019).
Bambang pun menegaskan kondisi perberasan Indonesia lima tahun ke depan tetap dijamin tersedia. Bahkan, beras selalu tersedia lebih dari cukup sepanjang waktu.
Pertama, asumsi yang dibangun dengan menyatakan pertumbuhan PDB pertanian, khususnya subsektor tanaman pangan melemah dalam lima tahun terakhir adalah tidak benar.
Baca Juga: Impor Beras atau Tidak, Gunakan Indikator Harga
"Jangan hanya lihat data PDB tanaman pangan 2015-2018, tengoklah data historis jangka panjang, minimal lihat data 2010-2014. Coba lihat data 2011, produksi tidak cukup sehingga pertumbuhan PBD tanaman pangan 2011 itu minus 1%, terus pada 2014 hanya tumbuh 0,06%," ujar Bambang menanggapi berita CNBC Indonesia yang terbit pada 22 April lalu.
Menurut Bambang, hal tersebut lantaran sejak 2015 dilakukan program besar-besaran seperti rehabilitasi jaringan irigasi 3,5 juta hektare, mekanisasi 460 ribu unit, asuransi usahatani, dan lainnya.
Hasilnya, produksi melonjak tinggi, PDB tumbuh positif berturut-turut. PDB tanaman pangan 2015 tumbuh 4,32% dan pada 2016 tumbuh 2,57%. Dari angka-angka tersebut, data produksi beras penting dikemukakan bahwa cadangan beras Indonesia pada 2018 surplus sebanyak 2,4 juta ton menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
"Dampak lain atas pesatnya pembangunan pertanian ialah tersedianya pangan yang cukup dan harga beras yang relatif stabil. Secara umum, pertumbuhan PDB sektor pertanian dalam lima tahun terakhir sangat luar biasa," ujar Bambang meyakinkan.
Dalam beberapa kesempatan, Mentan Amran Sulaiman memaparkan capaian dan keberhasilan Kementan dalam mengawal pangan Indonesia menuju lumbung pangan dunia 2045. Menurut Amran, nilai investasi dan ekspor pada sektor pertanian naik signifikan selama empat tahun terkahir.
Selain itu, Kementan telah mendistribusikan jutaan benih unggul, pupuk bersubsidi, alsintan, dan inovasi pertanian lainnya yang mampu meningkatkan produksi beras nasional.
"Artinya kebutuhan beras masyarakat Indonesia sudah terpenuhi secara langsung sebagai akibat pembangunan sektor tanaman pangan selama empat tahun terakhir," katanya.
"Perlu CNBC tahu bahwa kami juga memiliki data terkait kebijakan impor yang dilakukan di masa pemerintahan Jokowi-JK. Dalam data yang kami miliki, pemerintah hanya impor sebanyak 0,43 juta ton per tahun," ujar Bambang.
Baca Juga: Stok Beras RI Cukup, Bulog Akan Ekspor Beras ke Beberapa Negara
Menurut Bambang, angka ini secara rerata jauh lebih rendah dibandingkan masa pemerintahan sebelumnya yang mencapai 1,1 juta ton per tahun. Kementan terus memastikan bahwa tahun depan dan tahun berikutnya Indonesia tetap makan beras produksi dalam negeri.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: