Salah satu hikmah Ramadhan ialah melatih diri untuk hidup sederhana. Menikmati hidup dengan empati atau merasakan derita orang lain. Sungguh kerinduan apa gerangan yang paling didamba, kecuali rindu mereguk uswatun hasanah, meneladani hidup sederhana sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW.
Baca Juga: Bulan Ramadan, Israel Terus Luncurkan Serangan Udara ke Palestina
Dengan hati bergetar penuh empati, beliau shalallahu 'alaihi wasallam penuhi undangan para dhuafa. Dengan getaran cinta, ia belai rambut anak-anak yatim. Sikapnya yang welas asih pada semua makhluk, telah diabadikan para penempuh jalan.
Ketika Allah SWT menawarkan Gunung Uhud digubah menjadi emas permata, dengan hati lembut Rasulullah SAW bersabda, "Allahumma Ya Allah, jadikanlah hamba lapar sehari dan kenyang sehari. Ketika lapar, hamba dapat bersabar dan ketika kenyang, hamba bersyukur kepada-Mu."
Langit seakan bergetar, angin dan samudera terdiam bisu. Betapa manusia pilihan yang di tangan kanannya tergenggam kekuatan matahari, di tangan kirinya terpancar kelembutan rembulan, hanya merintihkan doa permohonan seperti itu? Walau kerajaan dunia beserta kemewahannya bersimpuh, ia tak peduli.
Al Qamah RA memberi kesaksian bahwa Rasulullah SAW tidur beralaskan tikar dari daun kurma kering. Ketika bangun, goresan tikar itu membekas di wajahnya. Kami berkata, "Wahai Rasulullah, apabila engkau mau, kami akan membuatkan untukmu tempat peraduan."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Ada apa dengan dunia? Di dunia ini aku bagai seorang pengembara atau musafir yang berteduh sejenak di bawah pohon, kemudian berlalu meninggalkannya."
Jiwa merintih, mata nanar memandang sekitar. Betapa uswah Nubuwah tak lagi menyentuh hati. Hidup hanya menghamba dunia, akalnya mati, di gelap buta mata hati. Terpenjara ambisi nafsu tirani. Terpuruk dalam bayangan pepohonan fana, bayangan popularitas, harta dan jabatan, enggan meneruskan perjalanan baka.
"Masihkah terdengar pesan indah Rasulullah SAW, "Sesungguhnya umatku akan selalu dalam kemenangan, selama mereka mau makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang."
Sabda Rasulullah SAW mengingatkan agar pelatihan spiritual selama Ramadhan menjadikan kita mampu menguasai diri lahir dan batin. Hidup sederhana bukanlah miskin, belajar lapar bukanlah kelaparan.
Bagi orang yang merindukan Rasul SAW, ia merasakan kebahagiaan luar biasa bila mampu meneladani sikap hidup Rasulullah SAW. Menampilkan manusia istiqamah. Manusia tangguh memiliki ghirah. Kaya pengalaman, tapi sederhana dalam penampilan.
Ia jadikan sabar menjadi bentengnya. Takwa pakaiannya. Menyantuni kaum dhuafa syiarnya. Zikir hiasan hidupnya, dan menggapai ridha Ilahi tujuannya. Kita adalah umat raksasa yang pernah mengukir peradaban. Umat yang dicelup dengan sibhgah Ilahi. Menebar iman dengan cinta. Mengukir amal penuh prestasi, menjadikan hidup sarat arti.
Penulis: Toto Tasmara
Sumber: Pusat Data Republika
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: