Dalam kondisi yang tertekan, minyak sawit masih mencatatkan ekspor yang ciamik. Hal tersebut terbukti pada kinerja ekspor minyak sawit secara keseluruhan, yang terdiri dari biodiesel, oleochemical, crude palm oil (CPO) dan produk turunannya, mengalami kenaikan 16% pada kuartal pertama tahun 2019.
Demikian yang diungkapkan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), Joko Supriyono. Ia mengatakan, ekspor minyak sawit mengalami kenaikan dari 7,84 juta ton pada kuartal I tahun 2018 menjadi 9,1 juta ton pada kuartal I tahun 2019.
“Produksi (minyak sawit) naik, ekspor naik meskipun harga komoditas tertekan akibat kondisi perekonomian global,” kata Joko Supriyono, Rabu malam (17/5/2019) di Hotel Hyatt, Jakarta.
Ia menambahkan, adanya sentimen RED II Uni Eropa, setidaknya telah ikut menggerus kinerja ekspor Indonesia, selain itu lesunya perekonomian di negara tujuan utama ekspor khususnya India berdampak sangat signifikan pada permintaan minyak sawit.
Baca Juga: Optimisme Gapki atas Sawit Indonesia di Tengah Pusaran Badai
"Perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung usai, mempengaruhi perdagangan kedelai kedua negara yang berujung pada menumpuknya stok kedelai di AS," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Kabinet Gotong Royong, Bungaran Saragih menjelaskan, penguatan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) menjadi langkah yang harus dilakukan perusahaan-perusahaan. Pasalnya, tantangan kelapa sawit Indonesia tidak hanya harga, tapi juga mengenai sustainability.
"Sawit di Indonesia jangan terbuai dengan produktivitasnya yang tinggi, karena minyak-minyak nabati lainnya telah memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya," tegasnya.
Dalam keterangan yang disampaikan Gapki, ekspor CPO dan turunannya dari Indonesia ke India pada Maret 2019 membukukan penurunan yang tajam yaitu 62% atau dari 516,53 ribu ton di Februari meluncur bebas ke 194,41 ribu ton di Maret. Perlambatan pertumbuhan ekonomi India menyeret turun permintaan minyak sawit India baik dari Indonesia maupun Malaysia.
Baca Juga: Stok Minyak Sawit Menipis, Harga CPO Global Terkerek
Selain India, penurunan permintaan terjadi di Afrika sebesar 38%, Amerika Serikat sebesar 10%, China dan Uni Eropa masing-masing turun sebesar 4% dan 2%. Adapun sebaliknya, ekspor ke negara lain-lain naik 60% pada kuartal I ini. Permintaan yang signifikan tersebut dikontribusikan oleh negara Asia, seperti Korea Selatan, Jepang dan Malaysia.
Produksi minyak sawit membukukan peningkatan 11% pada Maret 2019. Produksi tercatat sebesar 3,88 juta ton di Februari meningkat 4,31 juta ton di Maret. Kenaikan tersebut tergolong dalam situasi yang normal karena hari kerja yang lebih panjang jika dibandingkan dengan bulan Februari. Dengan produksi yang cukup baik, stok minyak sawit pada Maret ini masih terjaga dengan baik di 2,43 juta ton meskipun turun 3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang bertengger di 2,50 juta ton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Kumairoh