Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief menilai kerusuhan yang terjadi pada tanggal 21 dan 22 Mei berbeda dengan beberapa peristiwa kerusuhan sebelumnya.
“Kerusuhan pada 21 dan 22 Mei fenomena baru. Perlawanan keluar dari kampung-kampung yang berdekatan dengan Bawaslu,” cuitnya, seperti yang dikutip WE Online, Kamis (23/5/2019).
Baca Juga: Sandi Kena Sentil Tsamara: Pak, Masa Depan Politik Bapak Masih Panjang
Lanjutnya, mantan aktivis mahasiswa ini menagatak dirinya pernah menjadi pimpinan Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan memimpin Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) menjelang Reformasi 1998.
Menurutnya, sejarah perlawanan rakyat Jakarta adalah sejarah perlawanan kaum miskin kota atau lumpen proletariat. “Mereka yang terkena langsung pelambanan ekonomi. Mereka keluar dari kampung-kampung secara tidak terpimpin, memiliki militansi di saat politik memanas akibat ulah perseteruan elite,” jelasnya.
Baca Juga: Demo Ricuh Telan Nyawa, Demokrat: Prabowo-Jokowi Bertemulah
Ia menambahkan, perlawanan kaum miskin kota Jakarta yang terjadi pada 1974, 1978, 1982, 1986, 1996, dan 1998 berasal dari kampung-kampung sepanjang Senen, Manggarai, Matraman, Otista sampai Pasar Minggu. Sedangkan, di tahun 1998, perlawanan ini menular ke kawasan Kota.
Ia mengatakan, kerusuhan di tanggal 21 dan 22 Mei tampak sebagai fenomena baru karena perlawanan berasal dari kampung-kampung yang dekat kantor Bawaslu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: