The New York Times menggandeng Google Cloud untuk mendigitalkan lima hingga tujuh juta foto lama dalam arsipnya. AI Google juga akan ditugaskan untuk menggali "kisah yang tak terhitung" dalam tumpukan besar gambar sejarah.
Selama lebih dari 100 tahun, The Times telah mengarsipkan sekitar lima hingga tujuh juta foto lamanya di ratusan lemari arsip, tiga tingkat di bawah permukaan jalan dekat kantor Times Square di lokasi yang disebut 'kamar mayat'.
Banyak foto telah disimpan dalam folder dan tidak terlihat selama bertahun-tahun. Meskipun katalog kartu memberikan gambaran umum tentang isi arsip, ada banyak detail dalam foto yang tidak ditangkap dalam bentuk yang diindeks.
Baca Juga: Kepolisian Australia Gunakan Layanan Cloud AI Microsoft untuk...
Kamar mayat berisi foto-foto dari jauh hingga akhir 1800-an - itu adalah "sejarah dunia melalui mata New York Times." Setelah arsip itu diancam oleh pipa yang rusak yang membanjiri gedung pada tahun 2015, Times mulai mencari cara yang lebih baik untuk menyimpan foto dengan aman.
"Kamar mayat adalah harta karun berupa dokumen yang mudah rusak yang merupakan kronik tak ternilai bukan hanya sejarah The Times, tetapi dari lebih dari seabad peristiwa global yang telah membentuk dunia modern kita," kata CTO New Yorks Times Nick Rockwell belum lama ini.
Selain menyimpan foto dalam resolusi tinggi di cloud, sistem juga akan mengenali teks, tulisan tangan, dan metadata lain yang ditemukan dengan cetakan fisik. Detail ini akan menyediakan mesin pencari yang kuat untuk menjelajahi lebih dari satu abad pencitraan. Misalnya, ketika disediakan foto lama Penn Station dimana Google Cloud Vision API dapat mengekstraksi teks tersebut.
Baca Juga: The New York Times Bersiap Publikasikan Berita Lewat Blockchain?
API Visi juga akan dapat mengidentifikasi objek, tempat, dan hal-hal lain yang terlihat di foto. Sebagai contoh, Google AI dapat menentukan bahwa stasiun kereta di atas adalah Stasiun Pennsylvania dengan mengenali logo di dalam bingkai.
Harapannya sistem AI akan dapat mengungkap cerita dan perspektif baru dengan mengelompokkan foto-foto yang sebelumnya tidak terlihat yang tidak memiliki teks dan informasi yang dapat diidentifikasi dengan foto-foto lain yang sudah diberi label.
“Membantu The New York Times mengubah arsip fotonya sangat sesuai dengan misi Google untuk mengatur informasi dunia dan membuatnya dapat diakses secara universal dan bermanfaat,” tambah Nick.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh