Ilmuwan Ini Tak Percaya Facebook Berkomitmen pada Privasi Penggunanya
Seorang ilmuwan sekaligus pakar di bidang kriptografi, David Chaum, mengaku tak percaya bahwa pendiri Facebook, Mark Zuckerberg memiliki komitmen dan kepedulian terhadap masalah perlindungan privasi para pengguna media sosial.
Lewat berbagai produk media sosial besutannya, seperti WhatsApp, Facebook hingga Instagram, Chaum meyakini Zuckerberg justru selalu ingin 'memata-matai' para penggunanya sambil terus berupaya memperdaya sebagian pengguna dari kalangan remaja.
"Bagaimana saya bisa meyakini bahwa Zuckerberg dengan Facebook-nya memiliki kepedulian atas privasi? Saya pernah tawarkan padanya sebuah teknologi dengan teknik perlindungan privasi yang sangat kuat dan belum pernah ada sebelumnya. Kita tidak pernah tahu apa alasan seseorang tidak membalas sebuah tawaran. Padahal, saya anggap itu adalah peluang besar baginya untuk menguji teknologi perlindungan privasi yang sesungguhnya," ujar Chaum dalam blog resmi Elixxir beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Saat Sri Mulyani Dibikin Pusing oleh Google, Facebook, Netflix cs
Sebagaimana diketahui, Elixxir sendiri merupakan karya terbaru Chaum dalam bidang teknologi blockchain, khususnya di segmen mata uang kripto. Produk baru besutannya ini diklaim Chaum berbeda dengan seluruh produk teknologi blockchain yang pernah ada saat ini, dengan kemampuan menangani transaksi hingga ribuan item per detik.
Kemampuan itu jauh melebihi kapasitas produk-produk mata uang kripto yang telah eksis saat ini, misalnya saja Ethereum, yang baru mampu menangani transaksi sekitar 15 item per detik. Melalui Elixxir ini, Chaum ingin memperbaiki reputasinya sebagai salah satu pelopor munculnya industri blockchain dan mata uang kripto di dunia.
Terkait tawaran yang diajukannya pada Zuckerberg, Chaum menjelaskan bahwa hal itu merupakan responsnya atas pernyataan Zuckerberg sebelumnya yang mengklaim bahwa beberapa media sosial besutannya, seperti WhatsApp, Facebook Messenger, dan juga Instagram telah menggunakan sistem end to end encryption sehingga dipastikan dapat melindungi privasi para penggunanya.
Dengan menolak tawaran darinya untuk menguji coba teknologi terbaru dengan keamanan privasi yang lebih tinggi, maka Chaum pun meyakini bahwa klaim Zuckerberg atas segala permasalahan privasi hanyalah klaim kosong tanpa bukti.
Sebagai informasi, selama ini sosok Chaum dikenal publik sebagai penemu mata uang kripto pertama di dunia, yaitu eCash. Produk uang digital itu pertama kali diperkenalkannya ke publik pada 1989, namun sayangnya resmi bangkrut pada 1998 lantaran belum terlalu banyak masyarakat yang melek digital dan mau menggunakannya dalam transaksi sehari-hari.
Baca Juga: Teknologi Blockchain, Si Rentan yang Penuh Potensi
"Sangat sulit mendapatkan merchant yang cukup banyak untuk mau menerima DigiCash (brand produk eCash). Padahal (banyaknya merchant) itu penting untuk mendorong agar semakin banyak konsumen mau menggunakannya juga," tutur Chaum saat itu.
Menurut Chaum, salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat dalam menggunakan produk digital seperti mata uang kripto adalah terkait kerentanannya soal privasi pengguna. Padahal eCash diklaim Chaum sudah sejak awal dikonsep dengan mengedepankan perlindungan terhadap privasi para penggunanya. Bahkan Chaum menceritakan bahwa sebuah bank yang menerapkan sistem eCash tidak akan bisa mengakses data nasabah tanpa izin dari yang bersangkutan.
"Dulu sebenarnya sudah cukup banyak bank yang mau mengadopsi eCash. Dari Jerman, Amerika, Australia. Hanya saja dulu belum ada sistem yang fully decentralized sebagaimana yang ditawarkan oleh blockchain saat ini," tegas Chaum.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: