Nasib yang kurang baik lagi-lagi harus diterima rupiah. Pada pembukaan pasar spot pagi tadi, rupiah memang terapresiasi 0,04% di hadapan dolar AS. Namun, sesaat kemudian apresiasi itu berubah wujud menjadi koreksi.
Hingga pukul 09.46 WIB, koreksi rupiah di hadapan mata uang Paman Sam kian menebal menjadi 0,16% ke level Rp14.303. Ya, dengan terkoreksi ke level Rp14.300-an, itu artinya rupiah mengalami pelemahan terdalam sejak 30/05/2019 lalu.
Baca Juga: Dolar AS Linglung dan Rupiah Bermuram Durja, Duh Sayang!
Bukan hanya di hadapan dolar AS, rupiah juga terkoreksi oleh dua mata uang Eropa, yaitu euro sebesar 0,22% dan poundsterling sebesar 0,18%. Untungnya, rupiah masih unggul tipis 0,11% terhadap dolar Australia.
Kendati unggul dari mata uang negara Kanguru, nyatanya di kandang sendiri rupiah tak berdaya. Pasalnya, kini rupiah resmi menyandang status sebagai mata uang terlemah di Asia. Rupiah terkoreksi paling dalam oleh yen (-0,24%), dolar Hongkong (-0,16%), dolar Taiwan (-0,13%), dam yuan (-0,10%).
Baca Juga: Mulai Ciut, Balas Dendam Rupiah ke Dolar AS Tak Bertahan Lama?
Usut punya usut, koreksi yang bertubi-tubi itu dipengaruhi oleh aksi profit taking yang masih dilakukan investor hingga akhir pekan ini. Ditambah lagi, investor masih terbayangi oleh data ekonomi Indonesia yang dipublikasikan Bank Indonesia beberapa waktu lalu, yaitu cadangan devisa Indonesia untuk Mei 2019 menurun drastis dibandingkan dengan bulan sebumnya dari US$124,3 miliar menjadi US$120,3 miliar.
Belum juga mereda sentimen tersebut, investor harus dibebani dengan proses politik yang berlangsung Jumat (14/06/2019) ini. Pagi ini, Mahkamah Konstitusi menggelar sidang perdana atas sengketa Pilpres 2019. Sidang dimulai pukul 09.00 WIB dengan agenda pemeriksaan pendahuluan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: