Investor Hengkang dari Dolar AS, Rupiah: The Real Big Boss Dunia!
Tekanan global kembali diarahkan kepada aset safe haven dari Negeri Paman Sam, dolar AS. Masih berkaitan dengan kebijakan The Fed untuk menahan suku bunga acuan di level 2,25% hingga 2%, investor semakin enggan untuk mengoleksi dolar AS. Alhasil, dolar AS banyak ditinggal pergi investor dan masuk ke dalam daftar mata uang terlemah di dunia.
Melansir dari RTI, dolar AS terpantau bergerak variatif dengan kecenderungan terkoreksi. Ya, hanya ada satu mata uang yang mampu ditaklukkan dolar AS, yakni won dengan apresiasi sebesar 0,40%.
Baca Juga: Dolar AS Dirajam Mata Uang Dunia, The Fed Jadi Biang Kerok!
Asal tahu saja, mayoritas mata uang dari negara-negara berkembang, termasuk Asia memang sedang ramai menekan dolar AS. Pasalnya, setelah keluar dari dolar AS, minat investor terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang justru semakin tinggi.
Alasannya tentu saja karena investor menilai dengan bergulirnya wacana The Fed akan menurunkan suku bunga acuan, imbal hasil investasi di AS akan menurun sehingga membuat investor kurang tertarik dan beralih ke aset lainnya, dan Indonesia menjadi pilihan utamanya. Terlebih lagi, beberapa waktu lalu, Standard and Poor's (S&P) meningkatkan peringkat Indonesia dari BBB- ke BBB.
Baca Juga: Dolar AS Tak Berkutik Nih, Rupiah Go!
Terapresiasinya rupiah kala pembukaan pasar spot pagi tadi sebesar 0,42% ke level Rp14.120 per dolar AS menjadi bukti bahwa investor percaya terhadap aset berisiko berbasis keuangan di Indonesia. Hingga pukul 09.45 WIB, apresiasi rupiah naik menjadi 0,62% ke level Rp14.095 per dolar AS.
Rupiah bahkan kembali menjadi the real big boss dari seluruh mata uang dunia. Rupiah unggul 0,50% terhadap dolar Australia, unggul 0,49% terhadap euro, dan unggul 0,47% terhadap poundsterling.
Selain itu, tak ada satu pun mata uang Asia yang mampu mengungguli rupiah. Apresiasi tertinggi diraih rupiah sebesar 1,06% terhadap won, 0,63% terhadap yen, 0,61% terhadap dolar Hongkong, 0,57% terhadap dolar Singapura, dan 0,43% terhadap yen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih