Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Race for Water Perkenalkan Teknologi Atasi Sampah Plastik

Race for Water Perkenalkan Teknologi Atasi Sampah Plastik Kapal Race for Water Odyssey secara resmi pada Jumat (21/6/2019) tiba di Batavia Marina Sunda Kelapa, Ancol, Jakarta. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah di mana kapal tersebut mengunjungi Jakarta. | Kredit Foto: Boyke P. Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kapal Race for Water Odyssey secara resmi pada Jumat (21/6/2019) tiba di Batavia Marina Sunda Kelapa, Ancol, Jakarta. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah di mana kapal tersebut mengunjungi Jakarta.

Kedatangannya disambut oleh Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste dan ASEAN, Kurt Kunz dan Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman, Safri Burhanuddin

Kapal tersebut merupakan kapal pertama di dunia yang ditenagai secara hibrida diantaranya dari sumber energi terbarukan termasuk matahari, angin, dan laut, berkeliling dunia untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak limbah plastik pada lingkungan laut dan untuk mengemukakan solusi lokal terhadap masalah global ini.

Didirikan pada tahun 2010, Yayasan Swiss Race for Water berjuang untuk mencegah polusi plastik di lautan. Adapun misi yayasan ini adalah untuk mengambil tindakan di lapangan dengan memberikan solusi teknologi industri yang berkelanjutan.

Baca Juga: Ajib! Kapal Pesiar Carnival Pakai IoT dan AI Wujudkan Smart City di Samudra

Melalui Odyssey 2017-2021, kapal ini mengarungi lautan dunia untuk meninjau dampak plastik pada lingkungan laut, untuk sekaligus meningkatkan kesadaran sebanyak mungkin orang akan permasalahan ini, dan untuk menawarkan solusi untuk memeranginya. Program ini adalah program komprehensif yang diluncurkan di setiap perhentian untuk membantu kota-kota pesisir dan pulau-pulau yang dikunjungi untuk mengambil tindakan lingkup lokal terhadap masalah global ini.

“Kami telah berlayar selama lebih dari dua tahun melintasi Atlantik dan kemudian Samudra Pasifik Selatan untuk akhirnya mencapai Asia Tenggara dan perairan Indonesia, di mana polusi plastik merupakan masalah utama di kawasan ini.  Kami akan bekerja selama beberapa hari mendatang untuk menyatukan orang-orang dan melihat solusi pada tingkat praktis. Tujuan kami adalah untuk menemukan solusi lokal untuk bencana tingkat dunia ini,” Kata Presiden Yayasan Race for Water  Marco Simeoni.

Besar Swiss bagi Indonesia, Timor-Leste and the ASEAN Kurt Kunz menambahkan tim Race for Water mengusulkan cara-cara praktis untuk menangani limbah plastik, seperti misalnya pirolisis, proses teknologi untuk mengubah, bahkan mengolah sampah plastik menjadi energi yang berharga.

Swiss, lanjut dia memperkenalkan sektor Cleantech/ teknologi bersih yang mutakhir dan mempromosikan mencari cara untuk memungkinkan berjalannya ekonomi sirkular.

Baca Juga: Coca Cola Investasikan Jutaan Dolar untuk Perangi Sampah Plastik

"Kami mendukung langkah-langkah melawan perubahan iklim dan untuk perlindungan air dan lautan. Kami juga mendorong pengurangan subsidi untuk bahan bakar fosil, karena hal tersebut menciptakan insentif yang tidak diinginkan dan mempersulit energi yang lebih bersih dan terbarukan seperti tenaga surya, angin atau air untuk menjadi kompetitif,” ujarnya.

Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman, Safri Burhanuddin menyatakan Indonesia memiliki komitmen untuk mengurangi puing-puing plastik laut sebanyak 70% pada tahun 2025, serta 30% limbah padat secara umum melalui prinsip Reduce-Reuse-Recycle dan ekonomi sirkular.

“Kami menjadi sangat sadar bahwa menyelesaikan masalah pencemaran plastik tidak dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri namun kami juga membutuhkan dukungan dari semua bagian masyarakat,” ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: