Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Conte Bawa Inter Milan Jauhi Garis Sejarah

Conte Bawa Inter Milan Jauhi Garis Sejarah Kredit Foto: Reuters/Alberto Lingria
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kota Milan pernah hanya memiliki satu klub sepak bola kebanggaan, yaitu AC Milan. Sampai satu ketika klub terbelah oleh perdebatan sengit mengenai peran stranieri (pemain asing) dalam skuad yang dibangun.

Puncaknya terjadi pada 1908. Pihak-pihak yang menginginkan skuad diisi sepenuhnya oleh talenta-talenta asli Italia dan hanya dibantu oleh sebagian kecil stranieri berkualitas yang perannya belum tergantikan oleh pemain lokal tetap keukeuh mempertahankan ideologi tersebut dalam klub.

Sedangkan pihak sebaliknya, yang ingin klub lebih berpandangan universal dengan tidak lagi membeda-bedakan pemain berdasarkan asal negaranya, sepakat keluar dan mendirikan klub baru, yaitu Internazionale Milano alias Inter Milan.

Oleh para pendirinya, penggunaan pemain asing dianggap sudah tak perlu dipermasalahkan lagi lantaran merupakan dampak natural dari terjadinya gelombang globalisasi. Karenanya Inter Milan kemudian akrab dengan slogan Brother of The World sebagai penegasan atas filosofi yang dianut klub. Karenanya pula, sejak awal didirikan, skuad Nerazzuri sudah sangat didominasi oleh peran pemain asing, yaitu Swiss dan Inggris.

Baca Juga: Inter Milan Ingin Sempurnakan Proyek Gagal AC Milan?

Dua tahun berselang, sang Internazionale sukses merengkuh gelar juara domestik. Meski di jajaran legendanya memang masih menyisakan bintang-bintang Italia, seperti Giseppe Meazza, Giacinto Facchetti hingga Beppe Bergomi, tak terelakkan lagi bahwa nama Inter Milan dalam pandangan publik Italia tak ubahnya 'gudang' para pemain asing.

Masih tak percaya? Coba saja tengok skuad best of the best terakhir yang sukses merengkuh treble winner pada 2010. Satu-satunya skuad asli Italia di sana hanya Marco Materazzi. Selebihnya, Inter lebih mengandalkan Argentina's connection yang berisikan Diego Milito, Javier Zanetti, Walter Samuel, Julio Cruz, dan Esteban Cambiasso. Lalu, duo Brazil, yaitu Lucio dan Maicon, kemudian dilengkapi dengan kehadiran Ivan Cordoba (Kolombia), Dejan Stankovic (Serbia), Patrick Vieira (Perancis), Cristian Chivu (Rumania), dan Sulley Muntari (Ghana).

Atau mau menengok komposisi skuad Il Biscione pada musim 2018/2019 lalu, di mana dominasi stranieri masih cukup merajalela di Giuseppe Meazza Stadium. Di bawah mistar gawang peran Samir Handanovic (Slovenia) jelas sama sekali tak tergantikan. Di depannya, ketangguhan kerja sama Stefan de Vrij (Belanda), Miranda (Brazil), dan Milan Skriniar (Slovakia) dalam menghalau serangan lawan juga masih sangat diandalkan.

Di lapangan tengah, aksi Kwadwo Asamoah (Ghana), Borja Valero (Spanyol), Marcelo Brozovic (Kroasia), Radja Nainggolan (Belgia), Ivan Perisic (Kroasia) hingga Matias Vecino (Uruguay) merupakan nyawa utama penampilan Nerazzuri di sepanjang musim lalu. Terakhir di posisi attacante, kontribusi Mauro Icardi (Argentina), Keita Balde (Senegal), dan Lautaro Martinez (Argentina) terhadap prestasi Inter jelas tak terbantahkan lagi. Meski memang mulai ada peran substitusional dari Matteo Politano yang asli Italia, sejak sang striker dipinjam dari Sassuolo musim lalu.

Revolusi Conte

Kini, hembusan angin sejarah sepertinya mulai berubah arah sejak ditunjuknya mantan pemain sekaligus pelatih Italia kenamaan, Antonio Conte, sebagai manajer baru di Giuseppe Meazza. Hal itu setidaknya mulai tercermin dari apa yang dilakukan Conte di bursa transfer pemain sejauh ini.

Icardi yang pernah menjadi pujaan para Interisti, cukup lama dipercaya sebagai kapten tim sebelum dicopot lantaran berselisih dengan manajemen, dan di sepanjang musim lalu diandalkan sebagai juru gedor utama, justru langsung dilabeli for sale. Sebaliknya, satu per satu pemain baru didatangkan sesuai kebutuhan skema baru yang bakal dibangun oleh Conte.

Uniknya, secara bertahap Conte diam-diam tengah mengumpulkan talenta-talenta muda lokal Italia, yang tentunya selama ini cukup ganjil dilakukan oleh Inter Milan. Sebut saja Nicolo Barella yang baru saja resmi dipinjam dari Cagliari dengan opsi pembelian permanen di akhir musim. Lalu, juga Stefano Sensi yang baru saja dipinang dari Sassuolo dengan skema transfer yang sama dengan Barella.

Baca Juga: Bravo! Inter Milan Resmi Datangkan Gabriel Brazao

Belum lagi mantan rekan Sensi di Sassuolo, Matteo Politano, yang telah didapatkan dengan skema serupa oleh Nerrazurri sejak tahun lalu. Ketiganya, Barella, Sensi, dan Politano diketahui merupakan calon bintang masa depan timnas Italia yang kini sudah mulai diandalkan oleh sang pelatih timnas, Roberto Mancini.

Bukan hanya di level senior, pada level U-20 skuad Il Biscione rupanya juga telah memiliki trio Federico Dimarco, Alessandro Bastoni, dan Andrea Pinamonti yang merupakan para pemain andalan Gli Azzurri pada ajang Piala Eropa U-21 beberapa waktu lalu. Bahkan, Pinamonti tercatat merupakan kapten sekaligus top skor di event tersebut.

Di luar mereka semua, Inter Milan juga masih menyimpan bintang muda berusia 17 tahun, Eddie Salcedo, yang telah mencetak tiga gol untuk Timnas U-19 dengan catatan caps sebanyak delapan kali. Dengan serangkaian data tersebut, jelas tidak berlebihan bila kemudian Nerazzuri kini disebut sebagai salah satu tumpuan Timnas Negeri Pizza saat ini.

Jadi, benarkah kedatangan Conte praktis bakal mengubah 180 derajat filosofi Inter Milan yang telah lekat dengan semangat internazionale-nya selama ini? Akankah slogan Brother of The World bakal direvisi menjadi Brother of Italiano?

Jika AC Milan pernah punya proyek ambisius bernama ItalMilan yang ingin membangun satu tim penuh dengan pemain asli Italia, akankah kini saatnya Inter Milan meretas asa membangun ItalInter? Tak ada yang tak mungkin di sepak bola. Jadi, biar saja waktu dan tentu saja data yang akan menjawabnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: