Akulaku menjadi salah satu pemain fintech yang memiliki komitmen kuat untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Tingkat inklusi keuangan yang rendah masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia. Berbagai macam terobosan dan inovasi telah dilakukan untuk mendorong angka inklusi keuangan di Tanah Air. Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan tingkat inklusi keuangan bisa mencapai 75 persen pada tahun 2019 ini.
Berdasarkan data riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK), angka inklusi keuangan di Indonesia baru mencapai 67,8 persen pada tahun 2016 lalu. Salah satu tantangan yang dihadapi untuk mendorong tingkat inklusi keuangan adalah kemudahan akses ke layanan atau produk finansial terutama bagi masyarakat di desa dan daerah.
Meski demikian, persoalan perluasan akses dan produk keuangan tidak hanya terjadi di daerah, namun juga terdapat di kota besar seperti DKI Jakarta. Yuni Purwanti (55) seorang ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Cipete, Jakarta Selatan, mengatakan bahwa hingga saat ini dirinya tidak terlayani oleh fasilitas perbankan.
Baca Juga: Simpel Day, Cara OJK Genjot Inklusi Keuangan
Ia menjelaskan tidak membuka akun rekening di bank karena merasa ada jarak antara dirinya dengan dunia perbankan. Ia menyampaikan, selama ini kebutuhan untuk menabung bisa terpenuhi dengan mengikuti kegiatan arisan di lingkungan rumah. Ia menambahkan, kebutuhan pinjaman atau kredit juga terpenuhi oleh kehadiran penjaja kredit keliling.
"Jadi, kalau mau beli barang saya menitip ke tukang kredit. Si abang kredit itu yang beli barang pesanan saya ke pasar. Nanti saya menyicil ke tukang kredit setiap bulan sampai lunas," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia mengakui harga barang melonjak hampir dua kali lipat dengan sistem kredit tersebut. Ia berdalih tidak terbebani dengan hal tersebut karena nilai cicilan yang harus dibayar setiap bulan tidak terlalu besar.
Yuni Purwanti merupakan salah satu potret masyarakat yang belum mendapatkan layanan keuangan formal (unbanked) di Tanah Air. Salah satu jawaban untuk memperbaiki hal ini adalah dengan memanfaatkan kehadiran teknologi. Apalagi, dalam kehidupan sehari-hari orang-orang seperti Yuni kerap sudah akrab dengan smartphone.
"Saya belum tahu kalau kredit barang ternyata bisa pakai hape," ujarnya.
Fintech Menawarkan Solusi
Financial technology (fintech) digadang-gadang bisa menjadi sebuah solusi untuk menjawab tantangan inklusi keuangan di Indonesia.
Hal itu karena fintech memiliki potensi besar mengingat jumlah pengguna internet dan telepon genggam sangat banyak di Indonesia. Hootsuite dan We Are Social melaporkan terdapat sekitar 150 juta pengguna internet dan 355,5 juta telepon genggam yang beredar di Indonesia per Januari 2019 ini.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan peran fintech sangat besar di program inklusi keuangan khususnya untuk masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh program-program keuangan seperti pinjaman.
Nailul Huda mendorong fintech untuk lebih fokus menyasar masyarakat yang belum terlayani fasilitas keuangan. Dengan demikian, tujuan untuk mewujudkan keuangan inklusif di Indonesia akan benar-benar tercapai.
"Nah fintech yang seperti ini (fokus ke masyarakat unbanked) yang bisa meningkatkan inklusi keuangan," katanya melalui pesan singkat kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.
Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia, Anggie Setia Ariningsih, memastikan fintech khususnya Akulaku Indonesia memiliki komitmen besar untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Komitmen tersebut diimplementasikan dengan menghadirkan beragam inovasi teknologi, bermitra dengan berbagai stakeholder, serta menggelar berbagai macam kegiatan literasi keuangan.
"Akulaku yang telah mengembangkan sayapnya di Indonesia selama tiga tahun, berkomitmen untuk terus memberikan kemudahan akses kredit bagi masyarakat untuk segala kebutuhan," katanya.
Ia menjelaskan Akulaku bekerja sama dengan beberapa pihak untuk meningkatkan literasi serta inklusi keuangan di Indonesia seperti pemerintah, universitas, serta media. Adapun, kegiatan-kegiatan literasi keuangan yang telah dilakukan oleh Akulaku antara lain KarnavAL Akulaku di Bintaro Plaza dan Akulaku Aku Bisa Berbagi yang digelar di Senayan City.
"Kami juga berpartisipasi dalam forum-forum teknologi finansial di beberapa tempat seperti di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Universitas Bakrie, hingga Universitas Indonesia," paparnya.
Anggie mengingatkan Akulaku tak bisa berjalan seorang diri dalam mewujudkan keuangan inklusif. Ia menjelaskan butuh bantuan dan dukungan berbagai pihak karena mencapai keuangan inklusif bukan perkara mudah. Ia menyampaikan kehadiran banyak pelaku fintech di Indonesia merupakan hal positif karena membuka jalan yang lebih luas demi terwujudnya inklusi keuangan di Indonesia.
"Kami mengapresiasi inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh pelaku fintech di Indonesia untuk edukasi manfaat teknologi finansial bagi masyarakat maupun produk-produk baru yang dibuat untuk memberikan akses kredit lebih luas di Indonesia," ujarnya.
Baca Juga: "KarnavAL Akulaku", Sinergi Wujudkan Inklusi Keuangan yang Luas
Ia memaparkan tantangan utama dalam meningkatkan angka inklusi keuangan di Indonesia adalah tingkat literasi keuangan yang masih rendah. Selain itu, tantangan lain datang dari aspek infrastruktur yang belum memadai dalam hal ketersediaan akses internet.
"Oleh karena itu, kami berupaya bersinergi dengan pemerintah maupun pelaku industri fintech untuk mengedukasi masyarakat mengenai teknologi finansial yang dapat memudahkan mereka dalam bertransaksi untuk segala kebutuhan, baik kebutuhan bisnis mereka maupun sehari-hari," pungkasnya.
Membuahkan Hasil
Berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan oleh Akulaku tampaknya mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2019 ini Akulaku telah mencatatkan jumlah pengunduh aplikasi mencapai 20 juta yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dari pengunduh sebanyak itu, Akulaku bisa menyalurkan pinjaman sebanyak Rp1,5 triliun setiap bulan. Adapun, pada tahun 2018 lalu Akulaku mencatatkan total pinjaman senilai Rp9,8 triliun.
Salah seorang pengguna bernama Babang Ragiel mengaku puas dengan layanan yang diberikan oleh Akulaku. Pria asal Medan ini kerap memanfaatkan fasilitas Akulaku untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan.
"Saya pakai Akulaku untuk kredit beberapa barang," katanya.
Di Akulaku sendiri ada sekitar lima produk yang paling populer dibeli oleh pengguna yakni smartphone dan elektronik; alat rumah tangga; fashion; perlengkapan bayi dan anak; serta layanan virtual.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: