Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementan Kukuhkan 3 Profesor Riset Baru Balitbangtan

Kementan Kukuhkan 3 Profesor Riset Baru Balitbangtan Orasi profesor riset digelar di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor, Senin (29/7/2019). | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Majelis Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) mengukuhkan tiga peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menjadi profesor riset. Pengukuhan tersebut menambah jumlah profesor riset di Balitbangtan Kementan menjadi 138 orang, sementara untuk tingkat nasional menjadi 525 orang.

Orasi profesor riset disampaikan oleh S Joni Munarso (bidang teknologi pascapanen), Benny Rachman (sosial ekonomi pertanian), dan Titiek Farianti Djaafar (teknologi pascapanen). Berdasarkan urutan, ketiganya merupakan profesor (riset) ke-523, 524, dan 525 secara nasional dan profesor riset ke-136, 137, dan 138 di Balitbangtan Kementan.

Orasi profesor riset yang digelar di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor, Senin (29/7/2019), ini dihadiri sekitar 500 tamu undangan yang berasal dari Kementan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balitbangtan, lembaga, perguruan tinggi, dan pejabat daerah lainnya.

S Joni Munarso menyampaikan orasi ilmiah berjudul Inovasi Teknologi Pascapanen untuk Peningkatan Mutu, Keamanan, dan Daya Saing Komoditas Pangan Segar. Joni berhasil mengembangkan berbagai inovasi teknologi untuk meningkatkan mutu dan keamanan pangan segar, baik untuk tanaman pangan, sayuran maupun tanaman perkebunan. Inovasi ini diyakini dapat meningkatkan daya saing berbagai komoditas pangan segar di pasar domestik maupun ekspor.

Penerapan inovasi ini diharapkan berdampak pula pada peningkatan pendapatan petani dan penyediaan pangan segar berkualitas bagi konsumen.

Benny Rachman menyampaikan orasi berjudul Reformulasi Sistem Penyangga Pangan Kota-Kota Besar melalui Inovasi Kelembagaan Sentra Distribusi Pangan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional.

Dia telah mengembangkan pemikiran yang strategis dalam rangka mewujudkan stabilisasi pasokan dan harga pangan, terutama di kota-kota besar, melalui pembentukan kelembagaan sentra distribusi pangan. Konsep pemikiran ini telah mulai dirintis implementasinya saat Benny bertugas di jajaran Badan Ketahanan Pangan.

Sementara Titiek Farianti Djaafar menyampaikan orasi berjudul Teknologi Pengolahan Kacang Lokal Sebagai Bahan Substitusi Kedelai Memperkuat Ketahanan Pangan. Titiek berhasil mengembangkan inovasi pengolahan beberapa jenis kacang lokal untuk substitusi kedelai.

Hasil penelitiannya memberikan kontribusi besar terhadap upaya kita mendayagunakan sumber daya lokal sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor. Lebih jauh lagi, konsepsinya turut berkontribusi terhadap kebijakan pengembangan agroindustri skala kecil dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Balitbangtan Fadjri Djufry mengatakan, orasi pengukuhan ketiga profesor riset ini bertepatan dengan dua momentum yang sangat strategis. Pertama, masa bakti Kabinet Kerja 2014-2019 akan segera berakhir, sehingga topik-topik yang disampaikan dalam orasi kali ini merupakan bagian dari hasil program kerja Kementan.

Kedua, DPR RI telah mengesahkan RUU Sisnas Iptek menjadi Undang-undang pada 16 Juli 2019. UU tersebut memberikan amanat dalam upaya penguatan sistem Iptek nasional, termasuk bidang  pertanian, antara lain berkaitan dengan kebijakan riset, anggaran, SDM (termasuk perpanjangan batas usia pensiun), dan kelembagaan.

"Sejalan dengan semangat Undang-undang tersebut, pengukuhan pada hari ini merupakan bagian dari upaya Balitbang Pertanian untuk meningkatkan profesionalisme peneliti," katanya.

Mentan mengapresiasi gagasan ketiga profesor riset baru dan meminta ketiganya berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) dan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti muda dalam pengembangan jati diri, integritas, serta profesionalisme mereka, serta menindaklanjuti gagasan mereka melalui beberapa penugasan.

Menurut Mentan, sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkrit dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini.

Pada kesempatan tersebut, Mentan meminta S Joni Munarso menyusun rencana operasional yang memuat langkah-langkah praktis dan terukur dalam implementasinya dalam skala luas, terutama untuk mengakselerasi ekspor berbagai komoditas unggulan. Dokumen tersebut akan dijadikan acuan bagi eselon I terkait penyusunan program dan kegiatan ke depan.

Kepada Benny Rachman, Mentan meminta untuk menyusun rancangan operasional dalam implementasi pengembangan kelembagaan sentra distribusi pangan. Dokumen tersebut akan digunakan sebagai acuan penyusunan program lingkup Badan Ketahanan Pangan dan pemerintah daerah.

Sementara kepada Titiek Farianti Djaafar, Mentan meminta untuk merumuskan langkah-langkah praktis dalam mengembangkan pengolahan kacang lokal yang dapat digunakan sebagai acuan bagi Ditjen Tanaman Pangan, dinas terkait di daerah, dan para pelaku industri pengolahan. Titiek juga diminta untuk merumuskan road map teknologi pengolahan kacang lokal.

"Akumulasi pemikiran dari para profesor riset Kementan selama ini turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," tutup Mentan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: