Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangkalan di Sulap Jadi Wisata Mangrove? Ini Dampak Bagi Warga

Bangkalan di Sulap Jadi Wisata Mangrove? Ini Dampak Bagi Warga Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Surabaya -

Pemerintah Kabupaten Bangkalan terus melakukan berbagai upaya untuk mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan. Salah satunya dengan mengembangkan potensi ekowisita mangrove di pesisir Desa Labuhan Kecamatan Sepulu. 

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bangkalan, Moh Hasan Faisol mengungkapkan, sejauh ini pihaknya sudah menyiapkan sejumlah konsep dan desain promosi wisata TPM kepada masyarakat luar Bangkalan. 

"Tinggal menunggu petunjuk Bapak Bupati Bangkalan RKH Abd. Latif Amin Imron. Kami sudah masukkan ke paket-paket wisata," ungkap Faisol, Rabu (31/7/2019). 

Baca Juga: Pertamina Gali Potensi Pembuatan Souvenir Limbah Kayu Mangrove

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Lingkungan, HCML Kembali Tanam 12.000 Bibit Mangrove

Menurutnya, keberadaan ekowisata TPM sebagai wahana pelestarian alam sangat potensial menjadi penggerak ekonomi masyarakat di Desa Labuhan. Hal kata Faisol,  sesuai dengan visi dan misi Terwujudnya Penataan Ruang Kabupaten Bangkalan Sebagai  Pintu Gerbang Madura menuju Kota Industri, Pariwisata dan Jasa. 

"Para pengunjung akan disuguhkan  perjalanan wisata membelah hamparan hutan mangrove. Seperti BJBR (Bee Jay Bakau Resort) di Probolinggo," ujarnya.

Ia menambahkan, pengembangan TPM merupakan hasil kerjasama Pemkab Bangkakan, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) dan Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) sejak 2013. 

PHE WMO merupakan korporasi yang bergerak di sektor hulu migas dan menjadi kontraktor kontrak kerja sama dengan SKK Migas.

TPM memiliki lebih dari 10 ribu pohon mangrove. Terhampar di atas lahan pesisir seluas sekitar 8 hekatare. Saat ini, pengelolaannya berada di tangan Pemkab Bangkalan.  Faisol menambahkan, para pengunjung akan dimanjakan dengan geladak kayu atau yang disebut tracking sepanjang 350 meter membelah hutan mangrove. 

"Geladak itu akan menuntun para pengunjung menuju keindahan panorama pantai," ungkap Faisol.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: