Rwanda sudah menutup sebagian perbatasannya dengan Republik Demokratik Kongo (RD Kongo). Hal tersebut dilakukan karena negara terkena wabah Ebola yang telah memakan korban lebih dari 1.800 orang dalam setahun terakhir. Larangan tersebut dilakukan setelah sedikitnya dua orang tewas karena virus mematikan tersebut di kota perbatasan Goma dalam sebulan terakhir.
Wabah Ebola sendiri menjadi momok bagi masyarakat RD Kongo dan menjadi yang terburuk dalam sejarah RD Kongo. Wabah itu diperumit dengan zona konflik aktif yang mengarah ke serangan terhadap petugas kesehatan.
Menurut informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada sekitar 12 kasus Ebola baru dilaporkan setiap harinya di RD Kongo.
Wali Kota yang berada di Distrik Rubavu di perbatasan Rwanda-RD Kongo, Gilbert Habayarimana menjelaskan jika penutupan perbatasan itu dilakukan untuk mencegah “perlintasan yang tidak diperlukan”, dari RD Kongo ke Rwanda dan sebaliknya. Dia juga mengatakan bahwa perbatasan dapat dibuka kembali jika situasi sudah membaik.
"Kami sedang memantau situasi di Goma, perbatasan dapat dibuka kembali kapan saja, ketika situasinya membaik," kata Habayarimana sebagaimana dilansir BBC, Kamis (1/8/2019).
Pada pernyataannya, kantor kepresidenan RD Kongo mengatakan bahwa mereka "menyayangkan keputusan Rwanda, yang bertentangan dengan saran WHO".
Sebelumnya, WHO telah memperingatkan mengenai upaya membatasi penyebaran virus dengan memperketat batasan perjalanan atau perdagangan. Suara keberatan juga datang dari warga Rwanda yang telah melintasi perbatasan karena pekerjaan.
"Penutupan itu sangat buruk bagi saya. Tujuh anak saya dan saya mendapatkan sesuatu untuk dimakan ketika saya pergi ke Goma untuk bekerja. Ya, Ebola adalah hal yang mengerikan, tetapi hidup adalah yang paling penting," ujar Ernest Mvuyekure, seorang tukang yang bekerja di Goma.
"Saya lebih takut kelaparan daripada Ebola, mereka seharusnya tidak menutup perbatasan. Saya lebih baik mati karena penyakit daripada kelaparan."
Minggu lalu, WHO telah menetapkan wabah Ebola di RD Kongo menjadi siaga satu darurat kesehatan global. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Abdul Halim Trian Fikri
Tag Terkait: