Dear Marketer, Begini Tips Biar Merek Tetap Cantik di Mata Konsumen
Ketidaksetiaan (disloyalty) terhadap merek atau produk tertentu tengah menjadi tren di kalangan konsumen dunia. Berdasar studi Nielsen yang dirilis baru-baru ini, cuma ada sekitar 8% orang yang menganggap dirinya loyal pada merek favorit mereka.
Di Indonesia sendiri, ada lebih dari sepertiga (38%) konsumen yang mengaku suka mencoba hal-hal baru. Setengah (50%) konsumen bahkan menyatakan berpindah merek dengan alasan untuk coba-coba.
Menurut Yudi Suryanata, Executive Director Consumer Insight Nielsen Indonesia, keinginan konsumen untuk mencoba hal-hal baru (baik produk maupun merek) sebenarnya sudah ada sejak dulu. Yang membedakan saat ini hanyalah karakter media komunikasi pemasaran yang sulit dikontrol oleh para pemilik merek.
Baca Juga: Studi: Konsumen Indonesia Suka Coba-coba Merek Baru, Alasannya...
"Dulu para pemasar lebih memiliki kekuasaan untuk mengontrol apa pun yang ingin mereka komunikasikan kepada konsumen. Di zaman media sosial seperti saat ini, kita tidak pernah sadar berapa banyak haters merek kita di luar sana. Begitupun kita tidak pernah tahu berapa banyak 'unofficial' endorser yang mendukung merek," kata dia melalui keterangan tertulisnya.
Namun, di sisi lain masih ada kabar baik bagi para pemasar bahwa 51% konsumen Indonesia mengatakan mereka lebih suka bertahan dengan apa yang sudah mereka coba sebelumnya. Meski begitu, mereka masih mengirimkan sinyal adanya kemungkinan ketidaksetiaan.
Yudi pun memberikan saran kepada para pemasar untuk menyadari bahwa konsumen yang tidak loyal bukan berarti tidak menyukai merek mereka. Hanya saja ketidaksetiaan itu terjadi lantaran merek lain menawarkan proposisi yang jauh lebih menarik bagi konsumen.
Lebih jauh Yudi memaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pemasar. "Value for money tidak sama dengan harga diskon. Merek harus mampu membangun emotional branding, tidak sekadar program promosi. Merek harus terus-menerus berevolusi untuk tetap 'cantik' di mata konsumen, dan tidak terjebak pada kesuksesan masa lampau," urai Yudi.
Baca Juga: 10 Ilmu tentang Marketing Media Sosial yang Perlu Anda Tahu
Dia pun kembali mengatakan, "Serta hindari mengandalkan gimmick dan program promosi untuk membangun loyalitas konsumen karena yang diperlukan sebuah merek untuk tetap bertahan adalah brand loyalist, bukan promo loyalist."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: