Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rashida Tlaib di Palestina: Semoga Tuhan Menghancurkan Donald Trump

Rashida Tlaib di Palestina: Semoga Tuhan Menghancurkan Donald Trump Kredit Foto: Foto/REUTERS/Mohamad Torokman
Warta Ekonomi, Ramallah, Tepi Barat -

Seorang wanita duduk di bawah pohon zaitun di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki Israel. Wanita tersebut bernama Muftia Tlaib, ia mencemooh perhatian yang baru saja ia terima dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump.

 

"Semoga Tuhan menghancurkannya," ujarnya.

 

Muftia Tlaib merupakan nenek dari anggota Kongres AS Rashida Tlaib, salah satu politisi Partai Demokrat yang dicecar Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

 

Kamis lalu, Israel tunduk pada tekanan dari Trump yang melarang kunjungan oleh Rashida Tlaib dan rekannya sesama politisi Demokrat; Ilhan Omar, ke Tepi Barat. Bermula saat rezim Zionis mengizinkan kunjungan kedua politisi pendukung gerakan boikot, divestasi dan sanksi (BDS) terhadap Israel.

 

Hari selanjutnya, Israel mengatakan akan membiarkan Tlaib mengunjungi keluarganya di Tepi Barat dengan alasan kemanusiaan. Akan tetapi, Tlaib menolak tawaran itu dengan mengatakan bahwa Israel telah memberlakukan pembatasan yang dimaksudkan untuk mempermalukannya.

 

Saat Jumat malam, Trump menuliskan tweet; "(Anggota) Perwakilan Tlaib menulis surat kepada para pejabat Israel dengan putus asa ingin mengunjungi neneknya. Izin diberikan dengan cepat, di mana Tlaib dengan menjengkelkan menolak persetujuan, pengaturan yang lengkap. Satu-satunya pemenang nyata di sini adalah nenek Tlaib. Dia tidak harus melihatnya sekarang!"

 

Muftia Tlaib yang berusia 90, duduk di kebunnya di desa Beit Ur Al-Fauqa, tidak senang dengan komentar Trump. 

 

"Trump memberitahu saya bahwa saya seharusnya bahagia Rashida tidak datang," ujarnya. "Semoga Tuhan menghancurkannya," katanya lagi, mencemooh Trump, seperti dikutip Reuters, Minggu (18/8/2019) malam.

 

Putranya atau paman Rashida, Bassam Tlaib, mengatakan kedua perempuan itu tidak bertemu sejak tahun 2006.

 

"Dia (Muftia) akan menyembelih seekor domba ketika Rashida datang dan menyiapkan makanan kesukaannya, daun anggur isi," kata Bassam.

 

“Rashida melihat neneknya sebagai ibu kedua, dia selalu mendukungnya. Rashida mengatakan dia berutang kesuksesan kepada neneknya," ujar Bassam.

 

Rashida Tlaib tidak membeberkan kondisi apa yang ditekankan kepadanya sehingga Israel memberi izin untuknya berkunjung ke Tepi Barat. Akan tetapi, media Israel melaporkan bahwa dia telah setuju untuk tidak mempromosikan boikot terhadap Israel sebagai bagian dari permintaannya kepada Kementerian Luar Negeri Israel.

 

Rashida Tlaib, seperti Ilhan Omar, telah menyuarakan dukungan untuk gerakan BDS pro-Palestina, yang menentang pendudukan dan kebijakan Israel terhadap Palestina di Tepi Barat dan Gaza. Pendukung BDS dapat ditolak masuk ke Israel oleh hukum rezim Zionis.

 

Kedua politisi Demokrat it adalah dua perempuan Muslim pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres AS. Rashida Tlaib yang lahir di Detroit adalah anggota Kongres pertama Palestina-Amerika. Keduanya adalah anggota sayap progresif partai Demokrat dan pengkritik tajam Trump dan Israel.

 

Palestina ingin mendirikan negara dengan wilayah di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Sebagian besar wilayah-wilayah itu direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967.

 

Israel telah merebut Yerusalem Timur dalam suatu langkah yang tidak diakui secara internasional mempertahankan blokade Gaza, dan mengendalikan sebagian besar Tepi Barat, di mana Palestina memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas.

 

Pemerintahan Trump, yang sangat dekat dengan pemerintah Netanyahu, telah menggembar-gemborkan rencana perdamaiannya sendiri tetapi rinciannya masih kabur. Pemerintah Trump memicu kemarahan Palestina ketika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017.

 

Trump telah berminggu-minggu menyerang Tlaib dan Omar, dan anggota Kongres lainnya; Alexandria Ocasio-Cortez dari New York dan Ayanna Pressley dari Massachusetts. Mereka semua adalah politisi perempuan kulit berwarna yang dikenal sebagai "Squad". Trump menuduh mereka bermusuhan dengan Israel dalam serangannya yang dikecam oleh para kritikus sebagai serangan rasis.

 

“Trump telah memberitahu Rashida dan Ilhan untuk kembali ke negara asal mereka. Betapa kontradiksinya, kemarin dia meminta mereka pergi dan hari ini dia meminta agar mereka tidak membiarkannya masuk," kata Bassam Tlaib.

 

Sang nenek langsung menyampaikan harapannya. "Hati saya memberi tahu saya bahwa dia akan datang," ujar Muftia yang merindukan cucunya, Rashida Tlaib.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Abdul Halim Trian Fikri

Bagikan Artikel: