Diperkirakan sudah 90 persen DPD tingkat I maupun tingkat II menentukan sikap untuk mendukung Airlangga Hartanto sebagai ketua umum periode 2019-2023. Ini seperti disampaikan ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi.
"Dalam Golkar itu ada tradisi, kalau tidak ada yang memulai, tidak akan pernah ada dukungan, maka saya mencoba memulai dukungan itu, dan apa yang terjadi, hampir 90 persen DPD I dan DPD II sudah menyampaikan dukungannya terhadap Pak Airlangga," ucap Dedi baru-baru ini.
Sementara menurut pengamat politik, Ray Rangkuti mengatakan, memang dari sisi peluang, Airlangga sangat besar. Namun untuk merealisasikan perlu komunikasi lebih baik agar dukungan itu bisa menjadi kekuatan politik dalam Munas Golkar.
"Semua tergantung komunikasi yang disampaikan Airlangga. Penentu ada di internal, DPD dan DPC. Secara peluang lebih tinggi, namun jangan lupa pendekatan negosiator tidak bisa diabaikan," kata Ray, yang juga menjabat sebagai Direktur Lingkar Madani Indonesia, kepada wartawan, Jumat (24/8/2019).
Karena bagaimana pun, lanjut dia, secara kalkulatif hampir semua pengurus baik di DPD dan DPC telah memberikan dukungan kepada Airlangga. Memang kita ketahui, nasib caketum berada di pengurus-pengurus daerah. Karena itu semua tidak bisa diabaikan.
"Nah Airlangga lebih diuntungkan itu," imbuh dia.
Menurut Ray, Airlangga memiliki gaya komunikasi yang lunak, sehingga anak ranting partai Golkar lebih condong kepada Menteri Perindustrian itu. Termasuk di Jawa Barat, ketika Dedi Mulyadi mencalonkan sebagai Cagub Jabar. Ketika itu yang dipilih bukan Dedi Mulyadi, tapi kemudian ketika terjadi masalah pada pucuk pimpinan Airlangga menyelesaikannya.
"Dia di menteri dan dekat dengan Jokowi. Belum lagi Airlangga punya historis karena bapaknya pengurus Golkar," ujar dia.
Analis politik Silvanus Alvin juga menilai, para sesepuh Golkar pun cenderung lebih nyaman dengan Airlangga. Para sesepuh itu, dinilai Alvin, juga salah satu kunci siapa yang akan duduk di kursi Golkar 1.
"Salah satu hal yang jadi penentu untuk mengunci kemenangan kandidat caketum Golkar adalah political support dari para sesepuh Golkar seperti JK, Akbar Tandjung dll," kata dia ketika dihubungi.
Terlebih, lanjut dia, Munas Golkar saat ini termasuk salah satu Munas yang paling seksi. Munas yang direncanakan pada Desember mendatang bisa jadi awal baru untuk Golkar. Karena sejak di era ARB, Setya Novanto hingga saat ini tren elektabilitas Golkar masih stagnan.
Yang kedua, kata dia, sudah dua pemilu Golkar tak punya kader untuk menjadi calon presiden. Jadi munas kali ini tidak akan main-main, karena jadi pertaruhan partai tersebut untuk 2024.
Tidak kalah penting, lanjut dia, siapa yang dianggap nyaman oleh Presiden Jokowi. Karena sebagai partai yang selalu masuk dan mendukung pemerintah, hubungan presiden dan ketum Golkar itu jadi penting dan esensial sekali.
"Jadi dalam munas ini, gerak gerik Jokowi patut pula diperhatikan. Jokowi lebih condong ke siapa," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Muhammad Syahrianto