Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Soal Kerja Sama Dagang dengan Inggris, Donald Trump: Mereka Tidak Memiliki Penghalang

Soal Kerja Sama Dagang dengan Inggris, Donald Trump: Mereka Tidak Memiliki Penghalang Kredit Foto: Foto/Reuters
Warta Ekonomi, Paris -

Pada konferensi tingkat tinggi (KTT) G7, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjanjikan kesepakatan dagang besar pada Inggris pasca-Brexit. Tawaran itu dilontarkan Trump saat bertemu Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson di sela-sela acara. 

Johnson mengakui perundingan dagang dengan AS akan sulit. Sebab saat ini Johnson menghadapi tugas rumit menenangkan UE sekaligus tak membuat marah Trump saat KTT G7 di Prancis. Saat berbicara pada media bersama Johnson menjelang pertemuan bilateral membahas perdagangan, Trump menjelaskan keanggotaan Inggris di UE telah menjadi penghambat upaya menjalin hubungan dagang yang lebih dekat. 

"Kita akan melakukan kesepakatan dagang sangat besar. Pada beberapa poin, mereka tidak memiliki penghalang, mereka tidak memiliki jangkar di sekitar pergelangan kaki mereka. Jadi, kita akan memiliki beberapa kesepakatan dagang sangat bagus dan angka besar," terang Trump dilansir Reuters.

Dengan waktu hanya kurang dari tiba bulan hingga batas waktu 31 Oktober, masih belum jelas kapan dan bagaimana Inggris akan meninggalkan UE. Ketidakpastian dalam isu Brexit membuat aliansi dan para investor bimbang serta mengakibatkan pasar bergejolak. Para penentang Brexit khawatir tindakan Inggris akan membuat negara itu semakin miskin dan memecah kekuatan Barat di tengah pemerintahan Trump yang tak bisa diduga dan meningkatnya pengaruh Rusia serta China.

Para pendukung mengakui Brexit mungkin akan menciptakan kekacauan jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, Inggris bisa bangkit jika bebas dari upaya menyatukan Eropa yang dianggap gagal.

Trump dan Johnson bertemu di resor tepi Pantai Biarritz, Prancis, untuk mengikuti KTT G7 yang terdiri atas negara-negara maju. Pertemuan itu digelar di tengah perbedaan tajam dalam isu proteksionisme perdagangan, perubahan iklim, dan pajak digital.

Johnson bertemu Kepala Dewan Eropa Donald Tusk kemarin. PM Inggris itu menjelaskan pada Tusk bahwa negaranya hanya akan membayar kewajiban sebesar 9 miliar pounds dan bukan 39 miliar pounds sesuai yang disepakati mantan PM Inggris Theresa May jika terjadi Brexit tanpa kesepakatan.

Saat tiba di Prancis pada Sabtu (24/8/2019), Johnson menyatakan memanasnya perang dagang AS dan China sangat mengkhawatirkan karena bisa memicu menguatnya proteksionisme. Dia berpendapat penerapan tarif berisiko melemahkan ekonomi global.

Saat duduk di depan Trump, kemarin, Johnson memuji kinerja ekonomi AS sebelum menyatakan, Inggris lebih condong pada perdamaian dalam perdagangan secara komprehensif.

"Tapi hanya untuk mengungkapkan pendapat kami pada perang dagang, kami mendukung perdamaian dagang secara keseluruhan," kata Johnson.

Johnson menggunakan kesempatan berbicara melalui telepon sebelum KTT untuk mengatakan pada Trump bahwa Inggris ingin AS menurunkan penghalang dagang dan membuka beberapa bagian ekonomi AS bagi perusahaan-perusahaan Inggris, untuk beragam pasar mulai dari mobil hingga kembang kol. 

Inggris ingin menggelar perundingan komprehensif tentang memajukan hubungan Inggris dan AS di masa depan. Johnson menambahkan, dia menjelaskan kepada Trump bahwa Badan Kesehatan Nasional (NHS) tidak akan menjadi bagian dari perundingan dagang. Di sisi lain, pejabat pemerintah Inggris menjelaskan, London ingin memiliki kesepakatan perdagangan bebas dengan AS pasca-Brexit. 

Meski demikian, beberapa pejabat AS termasuk penasehat keamanan nasional Trump, John Bolton telah membicarakan pendekatan per sektor. Saat Johnson menyatakan London dan Washington bisa melakukan kesepakatan fantastis, Trump menyela dengan mengatakan AS memiliki kesepakatan yang berbeda.

"Banyak kesepakatan mini fantastis, kita sedang bicarakan tentang banyak kesepakatan berbeda tapi kami memiliki waktu baik," ujar dia.

Sebelumnya dilaporkan, Inggris akan menghadapi krisis bahan bakar minyak (BBM), makanan, dan obat-obatan jika terjadi Brexit tanpa kesepakatan transisi. Tidak hanya itu, akan terjadi antrean di pelabuhan dan bandara serta penerapan perbatasan keras di Irlandia. Dokumen resmi Pemerintah Inggris itu bocor dalam laporan Sunday Times pada pertengahan bulan ini.

Sunday Times melaporkan, berbagai perkiraan itu disusun oleh Kantor Kabinet untuk menggambarkan kondisi yang akan dialami Inggris apabila terjadi Brexit tanpa kesepakatan.

"Sebanyak 85 persen truk yang menggunakan perlintasan selat mungkin tidak siap melalui bea cukai Prancis sehingga gangguan di sejumlah pelabuhan akan berpotensi terjadi hingga tiga bulan sebelum aliran lalu lintas bisa diperbaiki," demikian laporan dari Sunday Times.

Pemerintah Inggris juga yakin bahwa perbatasan keras antara Provinsi Irlandia Utara di Inggris dan Republik Irlandia yang merupakan anggota UE akan diterapkan untuk menghindari berbagai pemeriksaan panjang yang tak akan bertahan lama.

"Disusun bulan ini oleh Kantor Kabinet dengan kode nama Operasi Yellowhammer, dokumen itu berisi sejumlah kondisi serta perencanaan yang dilakukan pemerintah untuk menghindari keruntuhan dalam infrastruktur bangsa," ungkap laporan tersebut.

Menurut Sunday Times, dokumen itu ditandai dengan tulisan "sensitif-resmi" serta membutuhkan izin keamanan. Dokumen itu pun memberikan penilaian paling komprehensif tentang kesiapan Inggris untuk Brexit tanpa kesepakatan.

Saat ditanya tentang dokumen Operasi Yellowhammer, Menteri Energi Inggris Kwasi Kwarteng menjelaskan pada Sky News.

"Saya pikir ada banyak keresahan dan banyak orang memainkan 'Proyek Ketakutan'. Kita telah bersiap untuk Brexit tanpa kesepakatan. Kita akan sepenuhnya siap meninggalkan (UE) tanpa kesepakatan pada 31 Oktober," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: